KENDARI, iNewsBlitar - Tekhnologi digital mengandung sifat pisau bermata dua. Tekhnologi digital memang memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia. Namun pada sisi lain juga dilekati tantangan yang perlu diatasi.
Mulai perkembangan internet, perangkat selular, media sosial serta aplikasi digital, perlu diperhatikan serius. Pasalnya dalam pemakaian yang tidak tepat, tekhnologi digital tersebut bisa menjadi sesuatu yang berbahaya.
Termasuk ketidakberdayaan dalam mengelola waktu secara efektif serta kecanduan terhadap tekhnologi, juga menjadi salah satu tantangan utamanya. Begitu pesan yang terungkap dalam Seminar Literasi Digital yang berlangsung di masjid Pondok Pesantren Ummushabri Kendari, Sulawesi Tenggara Sabtu 29 Juli 2023.
Seminar Digital itu mengusung tema Ketrampilan Pengelolaan Waktu yang Efektif Untuk Mengatasi Kecanduan Tekhnologi agar Tetap Seimbang antara Kehidupan Online dan Offline.
Seminar dihadiri sekitar 1.300 peserta yang berasal dari berbagai komunitas. Yakni di antaranya guru madrasah diniyah (Madin). Seminar digelar atas kerjasama Kominfo dengan RMI-PBNU.
Dengan dimoderatori Laode Ilan, S.Pd, seminar menghadirkan narasumber Dr Sitti Nurfaidah, M.Ed dosen IAIN Kendari, Sutarmin Kete, S.Pd.M.Pd. Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Bambang Suprayitno, M.Pd.I Sekretaris Yayasan Ummussahabri Kendari.
Ada lima point literasi media digital yang disampaikan Sitti Nurbaidah. Bahwa setiap pelaku literasi media digital diharapkan memperhatikan 5 M, yakni mengakses, menganalisis, mengevaluasi, menciptakan dan melakukan.
“Mereka juga hendaknya memperhatikan akronim “Think”, yaitu True, Helpful, Inspiring, Necessary dan Kind,” terangnya. Pelaksanaan seminar literasi digital berlangsung meriah. Para peserta terlihat antusias untuk mengajukan pertanyaan.
Disampaikan juga oleh narasumber. Agar tidak terjebak dalam kecanduan, pelaku literasi digital juga hendaknya memiliki strategi praktis mengatur waktu yang efektif.
Waktu khusus atau rutinitas menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. Kemudian timer atau alarm, pemakaian tool yang tepat, prioritas, serta reward.
Terungkap dalam seminar, bahwa hasil riset menyebut durasi penduduk dunia dalam mengakses internet rata-rata 7 jam per hari. Durasi itu termasuk 2,5 jam mengakses media sosial.
Dijelaskan juga dengan gamblang, apa itu yang disebut kecanduan tekhnologi. Yakni kondisi psikologis di mana seseorang mengalami tingkat ketergantungan yang berlebihan terhadap penggunaan tekhnologi digital.
“Seperti ponsel pintar, komputer, tablet, media sosial, permainan video atau internet secara keseluruhan”. Adapun jenis kecanduan tekhnologi meliputi kecanduan media sosial, kecanduan game online, kecanduan smartphone, dan kecanduan internet secara umum.
Mereka yang terdampak kecanduan ini akan mengalami penurunan produktivitas, penurunan perhatian dan konsentrasi, terjadi perubahan prilaku, ketidakseimbangan kehidupan, resiko keselamatan, muncul masalah keuangan serta gangguan mental dan emosional.
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada periode 2022-2023, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta.
Sebanyak 70 % masyarakat Indonesia diketahui sebagai pengguna gadget atau telepon pintar. Kendati demikian tekhnologi informasi yang mengiringi pemakaian literasi digital memiliki manfaat meningkatkan kualitas hidup.
Di antaranya bermanfaat dalam membangun komunikasi, mendapatkan hiburan dan permainan, sumber informasi serta untuk kepentingan perdagangan (jual beli).
“Namun semua itu tetap harus mengedepankan keseimbangan dalam menjalani kehidupan online dan offline,” kata Bambang Suprayitno selaku Sekretaris Yayasan Ummussahabri Kendari.
Editor : Solichan Arif