Nostalgia Rusia-Ukraina, Pernah Gotong Royong Bikin Mata Hitler Terbelalak

Arif
Negara Rusia dan Ukraina upayakan negosiasi untuk mengakhiri konflik atau perang. (Sumber/iNews.id)

JAKARTA, iNewsBlitar - Perang antara Rusia melawan Ukraina terus berlanjut. Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR ) mencatat, sejak 26 Februari 2022, sebanyak 240 warga sipil telah menjadi korban perang Rusia –Ukraina.

 

Perang Rusia-Ukraina juga telah menewaskan 64 orang, 160.000 orang mengungsi, dan lebih dari 116.000 orang terpaksa melarikan diri ke negara-negara tetangga.

 

Perang Rusia- Ukraina seharusnya tidak terjadi. Di masa lalu di saat masih berada dalam kesatuan Uni Soviet, kedua bangsa tersebut memiliki sejarah bersama yang panjang. Khususnya dalam Perang Dunia Kedua atau PD 2.

 

Bangsa Rusia dan Ukraina pernah bahu-membahu melawan  invasi Adolf Hitler dengan pasukan Nazi Jermannya (1941).  Mereka berhasil membuat mata Hitler terbelalak, tak percaya telah dipecundangi.

 

“Kekalahan penting pertama kali yang dialami Hitler di darat dalam Perang Dunia II adalah di Rusia,” tulis P.K Ojong dalam “Perang Eropa Jilid I”. Sekitar dua abad sebelumnya, Napoleon yang mencoba menginvasi Rusia juga mengalami nasib serupa.

 

Siksaan terbesar yang dialami pasukan Hitler dalam menginvasi Rusia adalah “General Winter” atau jenderal musim dingin. Rintangan alam seperti udara dingin, Sungai Berezenia, lumpur yang menahan laju pasukan, membuat pasukan Jerman menderita berkepanjangan.

 

Hitler memiliki sebanyak 3,3 juta tentara. Ia memulai serangannya melalui Operasi Barbarossa dengan taktik pengurungan dan pengepungan. Adolf Hitler membagi serangan ke Rusia ke dalam tiga grup tentara.

 

Grup Tentara Utara dengan tujuan akhir menguasai Leningrad. Grup Tentara Tengah yang akan menyerbu Kiev dan menguasai Moskwa. Dan Grup Tentara Selatan yang akan menyerbu Ukraina Selatan, ke arah Odessa dan Rostov.

 

Siksaan berat pertama dialami tentara Nazi Jerman saat menyerbu Kiev yang saat ini menjadi Ibu Kota Ukraina. Saat itu 25 Agustus 1941, tengah berlangsung musim dingin. Sudah delapan minggu sejak Operasi Barbarossa dimulai, namun Rusia belum juga bertekuk lutut.

 

Serbuan lebih dulu ke Ukraina semata pertimbangan faktor ekonomis. Hitler tertarik menggempur Ukraina lebih dulu karena merupakan gudang gandum Rusia yang subur.

 

Penguasaan Jerman atas daerah yang kaya itu akan membantu tenaga perang Jerman. “Jenderal-jenderalku tidak memahami segi ekonomi suatu peperangan," kata Hitler waktu itu.

 

Keputusan Hitler untuk memusatkan kekuatan di Ukraina, dan lalu menyerbu Moskwa, Rusia dinilai salah dan berakibat fatal. Sejarah Dunkirk terulang, tapi dengan konsekuensi yang lebih hebat.

 

“Seolah Tuhan telah menggelapkan pikiran Hitler. Kali ini pun ia mengambil keputusan yang fatal. Moskwa ditinggalkan dulu, dan semua kekuatan dipusatkan ke arah Kiev di Ukraina,”  tulis P.K Ojong dalam “Perang Eropa Jilid I”.   

  

Di Kiev Ukraina, serdadu Jerman merasakan penderitaan pertama. Jalan-jalan yang buruk dan penuh pasir membuat kendaraan bermotor macet. Saat hujan mengguyur, semua jalan di Kiev berubah menjadi rawa-rawa.

 

Saat hujan makin deras, jalanan menjelma menjadi sungai berlumpur. Kendaraan beroda rantai terpaksa harus menarik truk-truk tentara Jerman yang terpaku di tempat.

 

“Betapa sengsaranya pasukan kami yang harus menggotong perlengkapannya,” demikian Jenderal Guderian, jago perang tank Jerman mengeluh.  

 

Dengan bersusah payah, pada bulan September 1941, pasukan Jerman berhasil merebut Kiev. Mereka menawan 665.000 tentara Rusia, 5.000 meriam dan 1.200 tank yang sebelumnya terkepung.

 

“Kalau jumlah tawanan Rusia itu dikumpulkan maka jumlahnya melebihi dua juta manusia”.

 

Hitler mengira tentara Rusia sudah tidak berdaya. Apalagi Moskwa sudah semakin dekat. Pasukan khusus Jerman untuk menghancurkan Kremlin, disiapkan. Saat itu akhir bulan Oktober 1941, jelang awal November.

 

Hitler kaget. Orang-orang Rusia ternyata masih mengobarkan perlawanan. Bersama orang-orang Ukraina, bahu membahu menahan laju tentara Jerman yang berusaha menguasai Moskwa. Bahkan kaum buruh juga ikut dikerahkan.

 

Bala bantuan yang datang dari Siberia membuat perlawanan tentara Rusia makin menghebat. Di sisi lain, tentara Jerman mulai kelelahan. Musim dingin Rusia dan tanda-tanda bantuan pakaian hangat tidak segera datang, membuat tentara Jerman makin sengsara.

 

Di saat yang sama lumpur Rasputitza yang membenamkan artileri berat, membuat posisi tentara Jerman makin terjepit.

 

“Dan seolah –olah ini belum cukup, datang pula suatu surprise lain: tank Rusia T-34 muncul untuk pertama kali di medan pertempuran di Vyasma, dekat Moskwa”, tulis P.K Ojong dalam “Perang Eropa Jilid I”.   

 

Meriam anti tank milik tentara Jerman tak sanggup menjinakkan keganasan T-34 Rusia. Kualitas tank Rusia itu melebihi dugaan Hitler. T-34 menimbulkan teror di antara pasukan infanteri Jerman.

 

Nazi Jerman panik. Marsekal von Block mendadak diganti von Kluge. Adolf Hitler turun tangan sendiri menjadi panglima perang menggantikan posisi Marsekal Walter von Brauchitsch. Semua kekuasaan militer berada di tangannya.

 

Perintahnya adalah mempertahankan posisi dalam situasi apapun juga. Pasukan Jerman hanya bisa bertahan. Harapan Hitler melakukan Blitzkrieg (serangan kilat) dan meraih kemenangan di Rusia, akhirnya gagal.

 

Battle of Moscow berlangsung sampai April 1942. Dan Adolf  Hitler pertama kali menelan kekalahan dari Rusia seperti halnya nasib Napoleon.  

Editor : Solichan Arif

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network