JAKARTA, iNewsBlitar - Nazi Jerman ditengarai diam-diam menyokong kebutuhan tempur pasukan Pembela Tanah Air (PETA) bentukan kolonialisme Jepang di Hindia Belanda (Indonesia). Pada Perang Dunia II, Jepang merupakan sekutu Jerman bersama dengan Italia.
Selama masa pendudukan Jepang (1942-1945), Jerman menyuplai tidak sedikit bantuan militer untuk PETA. Topi baja, kantong air hingga peralatan masak, meluncur dari Jerman. “Jerman juga memasok perlengkapan berat seperti truk, sepeda motor DKWRT 125, BMW, dan Triumph,” tulis Horst H. Geerken dalam buku Jejak Hitler di Indonesia.
“Bahkan, Jerman memberikan pesawat amfibi Dornier,” tambahnya. Geerken telah melacak semua itu dengan menemui para pejuang veteran kemerdekaan Indonesia. Diperolehnya testimoni banyaknya pejuang perang kemerdekaan pasca proklamasi 1945 yang mengenakan topi baja dari Jerman. Topi baja dipakai para pejuang saat bertempur melawan tentara Belanda dan Inggris.
Geerken memperdalam risetnya. Pada tahun 1963, ia mendatangi pasar loak barang antik di Jalan Surabaya, Jakarta. Geerken kaget menyaksikan banyaknya peninggalan tentara Nazi Jerman yang diperjualbelikan secara bebas.
Topi baja, bayonet, pistol Mauser, peralatan masak, kantong air, sepatu bot tentara Jerman dan lain sebagainya, ia temui dalam jumlah ratusan. Ia juga menemui banyaknya topi baja Jerman di komplek makam militer di Ancol, Jakarta.
Nyaris seluruh pusara makam para pejuang kemerdekaan Indonesia, di atasnya berhias topi baja Jerman. Pemandangan itu ia saksikan hingga tahun 1964. Geerken juga menjumpai sebuah kapal patroli ringan buatan Jerman dari era Perang Dunia II masih beroperasi di Sabang.
Pada masa perang kemerdekaan, kapal Jerman itu berada di tangan prajurit PETA. Geerken mendapatkan keterangan itu pada tahun 1969. Hal itu menguatkan informasi bahwa bantuan perlengkapan militer untuk PETA langsung didatangkan dari Jerman, bukan mengambil dari gudang pangkalan Angkatan Laut.
Termasuk mobil G5, roda empat roda untuk segala cuaca, yang mana sudah memakai tekhnologi fourwheel drive dan fourwheel steering dengan sistem pendingin yang khusus untuk kawasan tropis.
“Setidaknya dua Mercedes Benz Kolonialwagen G5 pernah beroperasi di basis pangkalan laut Jerman di Batavia dan Surabaya,” tulis Geerken.
Soekarno pernah memakai salah satu mobil ini untuk sementara waktu saat Jepang menyerah (1945). Soekarno juga pernah berkeliling dengan Mercedes Benz hitam type 190 yang saat ini masih tersimpan di Istana Gebang Kota Blitar, Jawa Timur.
Lalu bagaimana bantuan militer Jerman untuk PETA itu bisa sampai di Indonesia? Geerken dalam Jejak Hitler di Indonesia menyebut, semua bantuan itu diangkut menggunakan kapal selam U-boat.
Perjalanan melalui atas air tidak memungkinkan. Saat itu, yakni pasca tahun 1942, Sekutu menguasai Samudra Hindia dan memblokade Samudra Atlantik. Maka satu-satunya jalan adalah lewat kapal selam U-boat.
Semua bantuan militer dari Jerman untuk PETA tak lepas dari peran utama kolaborasi 2 orang penting yang memiliki kedekatan dengan Adolf Hitler. Yakni Walther Hewel, petinggi Jerman yang memiliki kedekatan pribadi dengan Hitler.
Kemudian Oshima Hiroshi, Jenderal Angkatan Darat Jepang yang ditempatkan di Berlin sebagai Atase Militer Jepang. Hiroshi merupakan tamu tetap Hitler yang pernah dianugerahi Bintang Elang Jeman oleh sang Fuhrer.
Keduanya mendapat sokongan dari Donitz, Panglima Angkatan Laut Jerman. Skema bantuan militer untuk PETA itu, kata Geerken, Hewel yang memegang seluruh simpul.
Hitler sebagai penyandang dana, Oshima Hiroshi pengatur distribusi di Hindia Belanda (Indonesia), dan Donitz sebagai orang yang menemukan ruang kargo yang masih kosong di U-boat.
“Hewel menggunakan pengaruhnya pada Hitler untuk mendukung pergerakan kebangsaan menuju Indonesia merdeka. Bagaimanapun, bahan baku dari negeri ini sangat penting bagi Hitler,” tulis Geerken.
Editor : Solichan Arif
Artikel Terkait