MATARAM,iNewsblitar - Sebanyak 1.000 lebih ustadz dan ustadzah di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) dipacu untuk mampu bersaing di dunia digital. Hal itu mengingat media sosial memiliki potensi besar untuk menyampaikan dakwah secara luas dan efektif.
Bersama guru ngaji, pengurus ponpes serta aktivis komunitas atau organisasi pendukung, mereka mengikuti sosialisasi literasi digital yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam Bermi bersama KOMINFO RI.
Sosialisasi literasi digital berlangsung di Ponpes Darussalam Bermi Mataram, NTB. Sosialisasi yang menghadirkan tiga pembicara mengusung tajuk: Peran Literasi Digital dalam Membangun Generasi Santri Tangguh di Era Tekhnologi.
“Namun pemanfaatan media sosial dalam dakwah harus dilakukan dengan strategi yang tepat dan berdampak positif bagi masyarakat,” ujar TGH Hardiyatullah MPd di depan para peserta.
Kenapa strategi yang tepat dalam berliterasi digital menjadi penting? Sebab media sosial rentan menjadi ruang penyebaran kabar bohong atau hoaks. Kemudian juga rawan untuk menyebarkan konten radikal yang memecah belah.
Karenanya, seorang ustadz dan ustadzah dalam berdakwah diharapkan mampu membuat konten yang menarik sekaligus bermanfaat bagi masyarakat. “Yakni konten yang membawa pesan dakwah secara jelas sekaligus mudah dipahami”.
Tidak hanya itu. Peserta sosialisasi literasi digital juga diharapkan mampu membuat konten yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan audiens. Tujuannya agar pesan bisa diterima dengan baik.
Para pendidik di lingkungan pesantren diminta juga mampu memahami etika media sosial, yakni tidak menyebar informasi yang belum terverifikasi dengan benar, menghindari ujaran kebencian dan konten radikal.
“Diharapkan juga berkolaborasi dengan komunitas dan lembaga yang memiliki misi sama dalam memerangi hoaks dan radikalisme di media sosial,” demikian yang terungkap dalam sosialisasi literasi digital.
Prof.Dr. H. Adi Fadli. M.Ag, Guru Besar UIN Mataram/WR I UIN Mataram selaku pembicara mengharapkan para pendakwah atau ustadz untuk lebih kreatif dalam membuat konten positif.
Sebab dengan adanya dakwah digital semua orang dapat mengakses isi dakwah yang disampaikan.
“Dan literasi digital lebih dari sekedar membaca dan menulis. Namun mencakup keterampilan berpikir, menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori,” katanya.
Dijelaskan juga bagaimana komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.
Acara sosialisasi literasi digital berlangsung meriah. Para peserta mendapat kesempatan melakukan tanya jawab langsung dengan tiga orang pembicara. Yakni selain Prof Adi Fadli dan TGH Hardiyatullah, juga Dr TGH. Dedy Wahyudin Sanusi, MA.
Terungkap juga dalam acara sosialisasi bagaimana peserta di dunia pendidikan diharapkan memiliki strategi membangun budaya literasi. Yakni di antaranya adalah mengondisikan lingkungan fisik yang ramah literasi.
Kemudian mengupayakan lingkungan sosial yang efektif, mengupayakan dunia pendidikan sebagai lingkungan, dan mengupayakan dunia pendidikan sebagai lingkungan akademis yang literat.
“Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, pemanfaatan media sosial sebagai sarana dakwah dapat menjadi lebih efektif dan berdampak positif bagi masyarakat,” pungkasnya.
Editor : Solichan Arif
Artikel Terkait