PALEMBANG,iNewsBlitar - Apa itu literasi digital menjadi pertanyaan mendasar dalam sosialisasi literasi digital di Pondok Pesantren Aulia Cendekia Palembang.
Kemas Rendi Rahmad, S.E., M.Pd (Founder Teras Sriwijaya) selaku narasumber, mencoba menggali sejauh mana peserta sosialisasi memahami literasi digital yang jadi perbincangan utama.
Sosialisasi digital atas prakarsa Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI NU PBNU) ini diikuti 1300-an peserta. Mereka terdiri dari alumni Ponpes Aulia Cendikia, ustadz dan ustadzah, pengurus pesantren serta santri.
Sosialisasi mengusung tema: Mengembangkan Budaya Literasi Digital untuk Membangun Negeri Menyongsong era Society Revolusi Industri 5.0
“Literasi digital merupakan kemampuan seseorang untuk memahami dan memakai segala informasi yang bisa diakses melalui computer,” demikian Kemas Rendi menjelaskan.
Adanya literasi digital akan mampu meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan tentang dunia digital. Digital juga memudahkan penggunaan tekhnologi baru, yakni misalnya QRIS dan tanda tangan elektronik.
Dengan memahami literasi digital, datangnya informasi sebelum kemudian disharing, juga secara otomatis akan tersaring dulu. “Contoh literasi digital yang sering dipraktekkan di sekolah atau di pesantren yaitu mengirimkan tugas sekolah melalui email dan pembelajaran,” terangnya.
Kemas dalam paparannya juga menceritakan rekam jejak perkembangan peradaban berbasis kemajuan tekhknologi. Yang pertama dimulai dari revolusi industri 1.0 pada tahun 1750.
Revolusi ditandai dengan penemuan mesin uap. Pengaruh terbesarnya pada percepatan produktifitas sehingga sektor ekonomi melonjak signifikan. Kemudian dilanjutkan dengan revolusi industri 2.0 yang ditandai dengan penemuan tenaga listrik, 3.0 yang ditandai dengan munculnya era digital dengan beralihnya mesin analog menjadi mesin teknologi digital.
“4.0 merupakan kelanjutan dari perkembangan teknologi dan 5.0 yang lebih menitikberatkan kepada integrasi antara teknologi canggih seperti IoT, AI dan teknologi robot dengan keahlian dan inovasi manusia,” ungkapnya.
Irpinsyah, S.Kom.I., M.Hum selaku pembicara kedua lebih banyak berbicara tentang manfaat literasi digital, yakni mulai aspek pendidikan hingga aspek ekonomi kreatif. Setidaknya ada lima manfaat literasi digital.
Di antaranya menambah wawasan dan ketrampilan baru. Kemudian mendapatkan informasi lebih cepat, mempeluas jaringan pertemanan ke seluruh dunia, mendapatkan sumber belajar yang lebih luas dan menghemat anggaran, yakni misalnya anggaran promosi.
“Pemanfaatan media digital harus benar-benar menjadi sorotan yang utama, karena semua hal bisa didapat melalui media digital, baik dari sisi positif maupun negatif,” terangnya.
Acara sosialisasi digital berlangsung meriah. Para peserta mendapat kesempatan berinteraksi dengan melakukan tanya jawab yang disampaikan langsung kepada pembicara.
Sementara M Arif Setiawan, M. Ag selaku pembicara ketiga lebih menitikberatkan pada kiat-kiat berliterasi digital. Untuk menjadi netizen yang cerdas, pelaku literasi digital harus melek digital dan bijak bermedia.
“Kemudian juga harus cerdas memilah dan memilih konten,” pungkasnya.
Editor : Solichan Arif
Artikel Terkait