BLITAR. iNewsBlitar.id - Pemerintah Kota Blitar akan mengkaji perlawanan Pasukan Peta (Pasukan Pembela Tanah Air) yang berperang melawan penjajah Jepang pada 14 Februari 1945 lalu. Perjuangan Pasukan Peta yang dipimpin oleh Sudanco Supriyadi ini menjadi tonggak semangat para pejuang dari berbagai daerah untuk melawan penjajah.
Rangga Bisma Aditya salah satu penggagas kajian perjuangan Peta ini menegaskan, bahwa Ia tidak sepakat dengan kata pemberontakan yang selama ini melekat pada perjuangan Peta. Kata pemberontakan akan berkonotasi negatif sementara para pejuang Peta justru melawan penjajah Jepang.
Untuk itu, Ia bersama tim yang mengkaji sejarah Perjuangan Peta untuk melrusukan sejarah. Kajian ini nanti akan membahas bagaimana searing anak Bupati Blitar yang lahir di Trenggalek ini memimpin perjuangan. Selain itu, berdasarkan literasi yang ia baca dan ia peroleh dari berbagai sumber, Supriyadi tidak memiliki nama FX didepanya.
“Ini jelas pembelokan sejarah, karena Supriyadi ini tidak bergelar FX, karena Supriyadi itu beraliran Kejawen yang bergrum pada Kyai Kasan Bendo,” ungkapnya.
Rangga menegaskan, bah banyak teman-teman dari Sudanco Supriyadi yang ikut berjuang melawan penjajah Jepang. Ada yang gugur di pertempuran ada juga yang akhirnya menyerahkan diri.
Serangan Pasukan Peta mendapatkan perlawanan dari Jepang yang mendapatkan bantuan dari berbagai daerah. “Setidaknya Perjuangan Peta Blitar menjadi semangat pejuang dari berbagai daerah untuk melawan penjajah,” tegasnya.
Suasana Diskusi Kajian Perjuangan Pasukan Peta
Sementara itu, Novi Catur Muspita yang juga salah satu pengkaji Perjuangan Peta ini mengatakan, kajian akan berlangsung selama satu setengah bulan. Penggalian data dimulai 7 November hingga 6 Desember.
Novi menjelaskan, selama sata setengah bulan ini, ia dan tim terus berupaya menggali data dan observasi yang nantinya akan menghasilkan buku cetak ISBN, E-Book, buku saku cindera mata, dan videografi.
“Videografi ini untuk memudahkan bagi para pelajar untuk mempelajari sejarah, karena eranya saat ini digitalisasi,” ungkapnya.
Dalam buku ini nantinya akan berisi profil Tentara Peta, tujuan berdirinya asrama Peta di Blitar, hingga hukuman pada 78 pasukan Daidan Blitar. Adanya kajian ini nantinya akan meniadi pelengkap Museum Peta yang saat ini sedang ada penambahan koleksi seperti pesawat dan tank.
Museum Peta diharapkan dapat menjadi salah satu obyek wisata sejarah di Kota Blitar selain Makam Bung Karno, rumah masa kecil Bung Karno Istana Gebang serta berbagai obyek wisata sejarah lainnya.
Kadispora Kota Blitar, Edy Wasono menyambut baik adanya kajian Perjuangan Peta ini. Kajian ini nantinya dapat menjadi kurikulum di Kota Blitar, agar para pelajar tahu dan memahami tujuan Pasukan Peta menyerang Jepang. ADV
Editor : Robby Ridwan
Artikel Terkait