BANGKA BELITUNG, iNewsBlitar - Sosialisasi literasi digital di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Bangka Belitung mengingatkan para santri untuk senantiasa eling lan waspada (ingat dan waspada).
Di mana kita sekarang ini?, tanya Dr.KH.Ahmad Fadoli,MSI selaku narasumber sosialisasi literasi digital di depan para peserta. Sosialisasi yang berlangsung di gedung auditorium Ponpes Al-Muhajirin itu diikuti sekitar 1.200-an orang.
Mereka terdiri dari pengurus pondok, santri dan santriwati serta guru-guru. Sosialisasi literasi digital yang dikemas talk show itu mengusung tema “Literasi Digital Sebagai Wasilah Santri Menghadapi Pendidikan di Era Industri”.
Fadoli menyebut saat ini kita tengah berada pada situasi era revolusi industri, era disrupsi, dan era gelombang digitalisasi. “Maka karena itu harus waspada,” katanya.
Dalam paparannya juga disampaikan bahwa budaya literasi di kalangan pondok pesantren sejatinya bukan hal baru. Sudah lama pesantren memiliki metode sorogan dan bandongan sebagai tradisi membaca.
Kemudian juga tradisi musyawarah sebagai metode memahami serta tradisi bahtsul masail sebagai metode menganalisa. Dalam konteks tradisi literasi digital, apa yang sudah ada di pesantren, kata Fadoli tinggal digitalisasi.
Karena digital, pengembangan melibatkan piranti video, audio, infografik dan publikasi. Karenanya ke depan santri juga harus mampu menghasilkan buku. Kemudian membuat artikel, mampu melakukan liputan jurnalistik, serta membuat penerbitan.
Lantas apa yang perlu dimiliki santri? Menurut Fadoli santri harus memiliki karakter 4C. Yakni critical thinking dan problem solving. Kemudian creative and innovation, collaboration dan communication.
“Santri atau pelaku literasi digital juga harus memahami empat pilar literasi digital, yakni etika digital, budaya digital, ketrampilan digital dan keamanan digital,” pungkasnya.
Kegiatan sosialisasi literasi digital berlangsung meriah. Para peserta mendapat kesempatan untuk melakukan tanya jawab langsung kepada pembicara. Selain Ahmad Fadoli, Meli Susandi, SPd yang juga selaku narasumber menegaskan betapa pentingnya literasi digital saat ini.
Peserta mendapat materi tentang dasar-dasar keamanan siber, termasuk penggunaan kata sandi yang kuat. Peserta juga menjadi tahu apa itu membantu email phishing, termasuk bagaimana cara menghindari malware.
Peserta juga diajak memahami sekaligus keaslian informasi secara online, serta mengidentifikasi berita palsu (hoaks).
“Sebab literasi digital memungkinkan informasi bergerak cepat dan menjangkau lebih banyak orang di dunia karena keterbukaan dunia digital,” terangnya.
Editor : Solichan Arif