Hal sama juga dilakukan peternak lainnya, Heri. Bahkan, dia menjualnya dengan harga Rp16 juta dari harga normal di atas Rp20 juta. "Sudah banyak yang jual. Sudah gak keitung. Semua takut mati, sehingga dijual. Harganya juga merosot, menjadi 16 juta per ekor. Padahal biasanya di atas Rp20 juta," katanya. Sejak penyakit mulut dan kuku merebak di Kabupaten Mojokerto, Dinas Peternakan setempat melarang sapi sakit untuk dijual.
Namun larangan ini nampaknya tak digubris oleh para peternak. Diketahui, wabah penyakit mulut dan kuku pada sapi di Kabupaten Mojokerto semakin banyak. Dari 600 sapi, kini meningkat menjadi 970 sapi. Tak hanya itu wilayah yang terjangkit juga meluas, dari awalnya sembilan kecamatan, kini menjadi 18 kecamatan. Hal inilah yang membuat peternak resah dan nekat menjual sapi yang terjangkit mulut dan kuku.
Editor : Edi Purwanto
Artikel Terkait