KEDIRI, iNews.id - Seorang siswa SD di Kota Kediri, Jawa Timur divonis mengidap kelainan Cerebral Palsy, atau lumpuh otak, sejak lahir. Meski kondisi tubuhnya sulit digerakkan, namun bukan jadi penghalang bagi anak laki-laki berusia 11 tahun tersebut untuk terus belajar demi menggapai cita-cita.
Kendati menderita sakit, namun keceriaan masih nampak jelas di wajah Rafa Azizan, saat ia membaca buku di rumahnya di Kelurahan Bandar Kidul Kota Kediri. Kondisi tubuhnya yang kaku dan sulit digerakkan, tidak me menyurutkan semangat siswa kelas 4 SD ini untuk tetap semangat belajar.
Bahkan saat ditemui iNews.id dirumahnya, Rafa Azizan dengan lancar melafalkan surat Al-Ikhlas.
Putra pertama dari pasangan Novi Nurdiana dan Jeri Heka ini, sejak lahir telah divonis dokter mengidap kelainan cerebral palsy, atau lumpuh otak. Rafa Azizan lahir dalam kondisi prematur saat usia kehamilan masih berumur 6 bulan.
Rafa Azizan, Anak Penderita Lumpuh Otak (Cerebral Palsy) tetap Semangat Belajar.
Rafa Azizan, Anak Penderita Lumpuh Otak (Cerebral Palsy) tetap Semangat Belajar.
Akibat kelainan tersebut, kaki dan tangan Rafa Azizan menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan. meski begitu, semangat belajar Rafa Azizan tidak pernah padam.
"Dia sudah ada kelainan Celebral Palsy sejak lahir, dan menjalani fisioterapi hingga umur 5 tahun, kendati demikian untuk sekolah masih tetap semangat", tutur Novi Nurdiana.
Ditengah segala kekurangannya ia masih bisa menghafal sejumlah surat-surat pendek dalam Al-quran. Anak berusia 11 tahun itu juga gemar membaca buku sebagai pelipur kejenuhannya saat berada di rumah.
Upaya pengobatan pun terus dilakukan oleh ayah dan ibu Rafa Azizan, meski begitu mahalnya biaya terapi untuk penyembuhan kelainan lumpuh otak, menjadi kendala tersendiri bagi pihak keluarga.
Ayah Rafa Azizan yang bekerja sebagai karyawan swasta dan baru saja keluar dari perusahan, membuat biaya pengobatan bagi putranya terasa berat. meski begitu hingga kini pihak keluarga masih rutin membawa Rafa Azizan berobat ke rumah sakit dengan biaya ratusan ribu dalam sekali berobat.
Di tengah segala keterbatasan Rafa Azizan tetap ingin melanjutkan pendidikannya. Ia ingin membuktikan bahwa kelainan yang ia derita bukan jadi penghalang untuk meraih cita-cita.
Editor : Robby Ridwan
Artikel Terkait