BLITAR, iNewsBlitar.id - Eyang Jugo dikenal masyarakat sebagai sosok yang luar biasa, sehingga makamnya di gunung Kawi dan pesanggrahan (rumah) nya di Desa Jugo sampai saat ini masih ramai didatangi oleh masyarakat untuk berziarah.
Sebagai orang terpandang dan dianggap pintar, pasti ada orang yang rela mengabdi untuk menjadi pelayan eyang Jugo. Eyang Dawud atau Mbah Dawud dikenal sebagai sosok abdi dan pelayan eyang Jugo yang setia. Bertahun - tahun eyang Dawud mengabdikan diri untuk menjadi juru masak eyang Jugo.
Menurut cerita dari masyarakat, eyang Dawud tinggal di desa Kesamben. Beliau dikenal sebagai orang yang ahli dalam pengobatan. Ahmad Husein, seorang warga Kesamben yang pernah mendapatkan warisan berupa udeng (kain ikat kepala) milik eyang Dawud menuturkan, udeng tersebut tersimpan dalam sebuah kotak terbuat dari kayu cendana, dan memiliki bau yang tidak sedap, akan tetapi memiliki keistimewaan.
"Jika udeng tersebut dipakai ketika tubuh kita panas, maka akan terasa dingin seperti kompres, tetapi jika tubuh kita dingin, udeng tersebut akan terasa hangat. Jadi udeng tersebut selalu nyaman dipakai dalam kondisi apapun," ungkap pria asli Kesamben tersebut. Bahkan Husein dan saudaranya terbiasa memakai kain udeng tersebut sebagai kompres kepala jika tubuh mereka demam.
Sampai suatu ketika Husein mencoba untuk mencuci kain udeng tersebut dengan maksud mengurangi aroma tidak sedap yang ditimbulkan. Setelah dicuci ternyata khasiat seperti sebelumnya hilang, kain udeng tersebut menjadi sama seperti kain - kain biasa lainnya.
Husein meyakini, kain udeng tersebut oleh Eyang Dawud diberikan suatu ramuan tertentu sehingga bisa menjadi obat bagi siapa saja yang memakainya.
Muhammad Fauzan juga menuturkan, Eyang Dawud punya kebiasaan yang unik. Setiap memasak nasi selalu memakai kayu jati sebagai bahan bakar tungku. "Eyang Dawud tidak pernah memasak selain menggunakan kayu jati," kenang Fauzan ketika mendapatkan cerita dari almarhumah ibunya yang sempat bertemu dengan Eyang Dawud. Selain kayu jati sebagai bahan bakar memasak, Eyang Dawud juga hanya memakan nasi yang baru matang. "Jadi Eyang Dawud selalu masak nasi ketika mau makan, masak pagi untuk dimakan pagi dan masak lagi siang untuk dimakan siang, untuk makan malampun Eyang akan masak nasi lagi," ujar Fauzan.iNewsBlitar
Editor : Edi Purwanto
Artikel Terkait