get app
inews
Aa Read Next : Mantan Bupati Blitar Sedih Melihat Wajah Buruk Stadion Penataran: Kadispora Jangan Hanya Wacana

Korban Luka Tragedi Kanjuruhan Malang Masih Trauma

Rabu, 12 Oktober 2022 | 10:22 WIB
header img
Korban luka tragedi maut di stadion Kanjuruhan Malang masih trauma (Foto : Avirista Midaada /MPI)

MALANG,iNewsBlitar - Tragedi maut di stadion Kanjuruhan Malang masih menyisakan duka sekaligus rasa trauma mendalam. Terutama bagi para korban luka-luka yang selamat.

Salah satunya dialami Satria Bagus (20). Ia masih tidak menyangka jika turut menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan. Saat pecah chaos, Bagus berada di tribun 12.

Ia bersama teman asal Jember yang baru dikenalnya.  Bagus tetap bertahan di atas tribun. Tidak ada di pikirannya untuk turun ke lapangan. Yang ada di benaknya, hanya upaya menyelamatkan diri.

Di tengah situasi hiruk pikuk itu, ia menyaksikan gas air mata ditembakkan. Gas itu langsung menuju arah tribun yang bahkan tak jauh dari posisi kakinya. Sontak timbu kepanikan yang dalam waktu cepat meluas.

Mereka yang semula berada di tribun pada lari ke atas. Bagus melihat ibu-ibu dan sejumlah anak kecil berteriak - teriak minta tolong. Dalam situasi carut marut itu, ibu - ibu yang teriak sembari menangis itu sempat ditolongnya.

“Ibu-ibu itu di tribun atas, sesama suporter di tribun 12 di belakang, paling atas tribun. Aku sempat nolongin dia," kata Bagus ditemui di rumahnya, Selasa (11/10/2022) sore.

Situasi keruh tidak mereda, dan bahkan semakin parah. Tembakan gas air mata yang tak berhenti membuat Bagus ikut melarikan diri. Ia kebingungan. Dari semula bergegas ke kiri, dalam waktu cepat bergeser ke kanan. Intinya menghindari gas air mata.

Akhirnya Bagus terjebak di pintu 12. Ia berdesak-desakan dengan ribuan penonton lainnya. Semua berebut mencari jalan ke luar. Pemandangan serupa juga terlihat di pintu 13.

Bagus melihat pintu 13 dalam keadaan tertutup. Sementara lorong menuju jalan keluar relatif sempit dan curam.

“(Kalau pintu 12) Nggak sempat lihat pintu, keburu jatuh. Di pintu 13 ditutup, ada videonya. Di situ (di pintu 12) saya terjepit di pagar, tidak bisa gerak, kaki di atas, kepala di bawah, jadi malek (terbalik),”  paparnya.

Bagus mengaku bersyukur masih bisa selamat, meski tulang kaki kirinya patah dan kaki kanannya retak. Hal itu mengingat satu teman yang ia kenal di stadion Kanjuruhan, meninggal dunia.

“Berangkat lima orang, satu ketemu di sana (di Stadion Kanjuruhan Malang), meninggal satu orang, dia cewek. Alhamdulillah bisa selamat," ujarnya.

Kendati demikian, trauma atas peristiwa yang ada belum juga hilang. Hingga kini ia masih susah tidur dan kerap terbayang detik-detik tragedi yang mengerikan itu.

“Nggak bisa tidur, kedengaran orang-orang nangis, kepikiran terus kejadian itu. Kayak dengar orang nangis sendiri itu jam 11 malam sampai 3 pagi. Sampai sekarang masih kepikiran, kayak kebayang-bayang waktu kejadian itu,” jelasnya.

Walau masih dilanda trauma, Bagus mengaku tidak kapok bila harus melihat langsung pertandingan sepak bola di stadion, terutama Arema. Ia menegaskan dirinya seorang Aremania yang setiap saat siap datang ke stadion ketika Arema bertanding.

“Masih pengen nonton, suka saja cinta, apalagi Arema. Semoga nggak ada kejadian lagi kayak gini, kasihan banyak korbannya,” pungkasnya.

Editor : Solichan Arif

Follow Berita iNews Blitar di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut