BLITAR, iNewsBlitar – Wajah buruk Stadion Gelora Penataran di wilayah Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Jawa Timur, membuat prihatin mantan Bupati Blitar Herry Noegroho.
Herry Noegroho setiap melintas di depan stadion Gelora Penataran mengaku merasa sedih. Ia teringat bagaimana stadion dibangun dengan penuh perjuangan.
Selain buruk rupa, pembangunan taman yang berada di depan stadion juga dinilai telah menyalahi master plan pembangunan Gelora Penataran.
“Setiap melewati depan stadion Penataran, saya merasa sedih,” tutur Herry Noegroho kepada iNewsBlitar Rabu (6/3/2024).
Kondisi buruk rupa stadion Gelora Penataran diketahui telah menjadi sorotan banyak pihak, termasuk kalangan legislatif. Sebab sejak pembangunan hingga sekarang, kondisinya tidak banyak berubah.
Realitas yang ada, dua kali pergantian kepala daerah (Pasca pemerintahan Bupati Herry Noegroho), yakni Bupati Rijanto dan saat ini Bupati Rini Syarifah atau Mak Rini, wajah stadion Gelora Penataran malah semakin buruk.
Buruk rupa itu diperparah adanya taman di depan stadion yang tidak berkonsep jelas. Terungkap, pembangunan taman stadion ternyata telah menyalahi master plan pembangunan.
“Sebab sesuai master plannya, itu untuk kawasan parkir, bukan taman,” terang Herry.
Dalam kesempatan itu Herry Noegroho juga menyinggung cita-cita awal pembangunan Stadion Gelora Penataran. Keberadaan Stadion Gelora Penataran kata dia bukan hanya sebagai ikon daerah, tapi dibuat untuk menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Blitar.
Mengacu fungsinya, stadion Gelora Penataran bukan hanya untuk cabang olah raga sepak bola, tapi juga untuk cabang olah raga lain.
Atas dasar itu, saat purna jabatan, Herry menaruh harapan besar proses pembangunan stadion yang dimulai pada masa pemerintahannya bisa disempurnakan kepala daerah berikutnya.
Sebab pembangunan yang penuh perjuangan itu baru berjalan 80 persen. Namun realitasnya, ia tidak melihat good will atau kemauan itu, yakni baik pada masa pemerintahan Bupati Rijanto maupun pemerintahan Mak Rini.
Bahkan wajah stadion Gelora Penataran malah semakin buruk. “Dulu saat awal pembangunan prosesnya panjang dan penuh perjuangan. Dan ini soal kemauan saja,” ungkapnya.
Herry juga mengatakan sempat bertemu Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga (Kadispora) Kabupaten Blitar Anindya Putra Robertus. Ia berbicara panjang soal nasib stadion Gelora Penataran.
Dalam pembicaraan empat mata itu, kata Herry, Kadispora mengaku menyepakati apa yang disampaikannya, yakni stadion Gelora Penataran harus menjadi kebanggaan masyarakat Blitar.
Ia berharap Kadispora bukan hanya berwacana, tetapi benar-benar mewujudkannya. “Semoga bukan hanya wacana, tapi memang harus diwujudkan,” tegasnya.
Seperti diketahui, pembangunan tadion Gelora Penataran diketahui menelan anggaran dari pusat dan daerah yang tidak kecil.
Data yang dihimpun, pembangunan dimulai tahun 2011, di mana Kementerian Pemuda dan Olah Raga mengucurkan bantuan anggaran Rp 3 miliar (APBN). Pemkab Blitar sendiri menyiapkan dana sharing sebesar Rp 300 juta.
Alokasi dana Rp 3,3 miliar diketahui untuk membangun tribun stadion bertaraf nasional. Stadion Gelora Penataran diproyeksikan memiliki daya tampung hingga 20 ribu penonton.
Pada tahun yang sama (2011), pembangunan stadion kembali dikucuri dana dari pusat sebesar Rp 10 miliar. Pada rencana awal (tahun 2011), total dana pembangunan stadion akan diplot sebesar Rp 25 miliar.
Editor : Solichan Arif