Dalam buku tersebut, dikisahkan tentang Legenda Donoloyo yang berkembang menjadi cerita rakyat dan menceritakan tentang asal usul Punden Donoloyo. Legenda Donoloyo menceritakan kisah tentang keturunan Raja Majapahit, yang terpaksa harus meninggalkan wilayahnya karena runtuhnya Kerajaan Majapahit, usai mengalami masa kejayaan saat dipimpin Raja Hayam Wuruk, dan Mahapatih Gajahmada.
Keturunan Raja Majapahit yang disebutkan dalam Legenda Donoloyo, adalah Ki Donosari, Nyi Donowati, dan kerabatnya Pangeran Meleng. Saat dalam perjalanan ke luar dari wilayah Kerajaan Majapahit, Nyi Donowati dan Pangeran Meleng akhirnya menikah, lalu hidup bersama di Desa Sukoboyo. Sementara jalan berbeda dipilih oleh Ki Donosari. Dia memilih melanjutkan perjalanan, dan tinggal di Desa Watusomo. Ki Donosari menginginkan hutan jati, dan memohon bantuan kepada Ki Ageng Meleng.
Sayangnya, permintaan Ki Donosari tersebut ditolak oleh Ki Ageng Meleng. Melihat hal itu, istri Ki Ageng Meleng, Nyi Donowati menyuruh Ki Donosari untuk pulang dengan membawa tongkat bambu wulung. Tongkat bambu wulung tersebut, secara diam-diam telah diisi tiga biji pohon jati oleh Nyi Donowati. Akhirya Ki Donosari pulang kembali ke Desa Watusomo, dan di perjalanan dua biji pohon jati yang dimasukkan oleh Nyi Donowati ke dalam bambu wulung terjatuh.
Sesampainya di Desa Watusomo, Ki Donosari hanya menemukan satu biji pohon jati yang tersisa. Satu biji pohon jati itu akhirnya ditanam di lahannya. Biji pohon jati tumbuh menjadi pohon jati yang besar dan dinamakan Jati Cempurung. Jati Cempurung inilah yang dipercaya menjadi cikal bakal hutan jati. Pada saat yang sama, Kesultanan Demak sedang membangun masjid agung.
Raden Patah memerintahkan Walisongo untuk mencari bahan tiang utama masjid. Walisongo mengetahui tentang hutan jati di Desa Watusomo, dan akhirnya mengunjungi hutan tersebut. Sunan Giri, salah satu anggota Walisongo, akhirnya bertemu dengan Ki Donosari dan mengungkapkan maksudnya untuk mengambil pohon Jati Cempurung, untuk tiang utama masjid agung di Kesultanan Demak. Tak disangka, Ki Donosari menyanggupi keinginan Sunan Giri. Tetapi, harus dipenuhi tiga syarat utama. Prasyarat yang diajukan Ki Donosari adalah, desa di kawasan hutan jati itu dijauhkan dari wabah penyakit, dijauhkan dari ajang perang, dan dicukupkan sandang pangan bagi warga sekitar hutan.
Sunan Giri menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Ki Donosari, untuk menebang Jati Cempurung. Sunan Giri juga bersabda, nama Ki Donosari diubah menjadi Ki Ageng Donoloyo, dan hutan jati itu akhirnya juga bernama Alas Donoloyo. Sementara itu, tunggak bekas Jati Cempurung yang telah ditebang digunakan sebagai punden yang menjadi tempat memohon dan bersyukur dalam acara nyadran.
Dalam Legenda Donoloyo, juga terdapat mitos yang masih dipercayai oleh masyarakat. Mitos tersebut adalah larangan untuk mengambil kayu dari hutan, larangan untuk memakai baju hijau lumut, dan anjuran untuk menjaga kelestarian hutan. Selain itu ada larangan untuk warga Desa Watusomo menikah dengan warga Desa Sukoboyo, karena terkait perseteruan antara Ki Ageng Donoloyo, dengan Ki Ageng Meleng. Legenda Donoloyo ini, ternyata menjadi salah satu penjaga kelestarian Alas Donoloyo hingga kini. Hutan konservasi ini tidak mengalami kerusakan, dan tanamannya mampu tetap tegak berdiri hingga kini, meskipun telah berusia ratusan tahun.iNewsBlitar
Editor : Edi Purwanto