BLITAR, iNewsBlitar.id - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Indonesia Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menghadiri acara Apel Kebangsaan Satu Indonesia di Blitar, Jumat (10/6/2022). Acara ini digelar Gerakan Pemuda Ansor NU bersama organisasi kepemudaan se-Blitar Raya di alun-alun Kanigoro Kabupaten Blitar. Mengenakan kemeja putih dipadu celana gelap, Moeldoko berpidato tentang masa depan pemuda Indonesia serta ancaman yang akan dihadapi. Di depan massa pemuda, Moeldoko membuka pidatonya dengan menyitir buku Ali Khomeini yang berjudul Perang Kebudayaan.
Ada tiga hal yang menjadi sasaran perang kebudayaan yang kontekstual dengan situasi saat ini. Pertama melunturkan keyakinan atas agama yang dipercayai. Kemudian yang kedua mendegradasi keyakinan atas ideologi yang dimiliki suatu bangsa dan ketiga mengurangi rasa bangga atas bangsanya. "Tiga hal itu. Kalian anak muda, itu nanti yang akan kalian hadapi. Sekarang sudah mulai terasa," ujar Moeldoko dengan suara lantang. BACA JUGA: Luar Biasa, Anak Petani Ponorogo Ini Dapat Beasiswa di 3 Kampus Luar Negeri Ternama Menurut Moeldoko, gangguan terhadap keyakinan sudah muncul dengan cara membenturkan satu sama lain. Selain itu muncul pihak yang mengklaim diri paling benar. "Diadu kanan kiri. Ada yang merasa paling benar dan seterusnya. Akhirnya kita bertanya ini apa maunya?,” kata Moeldoko.
Begitu juga dengan ideologi Pancasila, kata Moeldoko saat ini juga mulai diganggu. Gangguan yang dilakukan untuk memunculkan keraguan terhadap apa yang selama ini diyakini. Mantan Panglima TNI itu menyebut ada upaya besar yang sengaja hendak melemahkan bangsa ini. Sebab tidak ada negara besar tanpa memiliki ideologi yang kuat. "Saya yakin anak muda di depan ini tidak ragu-ragu dengan ideologi yang dimiliki. Untuk itu kalau ada yang menganggu ideologi Pancasila. Mari bersama-sama kita lawan. Itu baru jagoan," ujar Moeldoko diiringi sorak sorai massa.
Moeldoko menambahkan, bahwa dengan konsep gotong- royong yang tercetus dari pemikiran Bung Karno, tiga ancaman perang kebudayaan itu akan bisa diatasi. Kemudian juga ditambah dengan menerapkan semangat nasionalisme dan patrotisme. Bagi Moeldoko, kontekstual nasionalisme saat ini adalah bersama-sama melawan kemiskinan dan kebodohan. "Bukan melawan sesama teman," katanya. Pada kesempatan itu Moeldoko juga menyinggung soal posisi Indonesia di dunia internasional. Ia menyebut saat ini dunia masih dalam situasi turbulensi akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Situasi tak menentu itu membuat harga komoditi dunia pada naik.
Editor : Edi Purwanto