Elliott kemudian disekolahkan di rumah oleh orang tuanya, yang mendukung sifat ingin tahu dan seleranya akan pengetahuan sendiri. Pasangan itu mencoba membatasi Elliott pada kurikulum rekan-rekannya, tetapi terlepas dari upaya terbaik mereka, dia maju dengan kecepatan yang mencengangkan. "Elliott akhirnya belajar dan mengonsumsi informasi lebih cepat daripada yang bisa kami berikan," kata Tanner. "Kamarnya penuh dengan buku pelajaran yang akan segera dia baca. Dia sering memilih untuk menghabiskan uang ulang tahunnya untuk membeli buku daripada mainan atau permainan,” tambahnya.
Pada usia 9 tahun, Elliott telah menyelesaikan sebagian besar kurikulum sekolah menengah biasa, dan orang tuanya berjuang untuk mengikutinya. Jadi mereka mendaftarkannya di community college setempat. "Sebagai orang tua, kami ketakutan. Tapi dia unggul, dan administrasi sekolah dan siswa lain membawanya di bawah sayap mereka," ungkapnya. Di community college itulah Elliott benar-benar menempa hasratnya untuk fisika. "Untuk waktu yang lama, saya ingin menjadi ahli matematika," kata Elliott.
"Kemudian saya dihadapkan pada kelas fisika yang sangat menggugah dan menginspirasi saya untuk belajar lebih banyak tentang rahasia dunia," tambahnya. Pengalaman kuliah yang unik ketika berusia 11 tahun, Elliott dipindahkan ke University of Minnesota untuk mulai belajar fisika dan matematika. Kemudahan transisi Elliott ke kehidupan kampus mengejutkan para profesor dan teman-teman sekelasnya yang jauh lebih tua. "Kadang-kadang ada kebingungan singkat mengapa saya ada di sana [di kelas], tetapi itu cepat hilang," kata Elliott.
Meskipun pengalaman kuliahnya sedikit berbeda dari teman-teman sekelasnya, Elliott masih bergaul dengan teman-temannya di ruang siswa, mendiskusikan pekerjaan rumah, berdebat topik fisika atau menonton film.
Editor : Edi Purwanto
Artikel Terkait