JAKARTA, iNewsBlitar - Tiga hari pasca peristiwa G30S PKI atau Gerakan 30 September 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin Sarwo Edhie Wibowo menemukan sumur Lubang Buaya.
Kedatangan pasukan RPKAD membuat orang-orang PKI di sekitar Lubang Buaya, yakni Pemuda Rakyat dan Gerwani, memilih kabur. Lubang Buaya yang memiliki kedalaman sekitar 10 meter itu diputuskan untuk dibongkar.
Di dalam Lubang Buaya jenazah itu para perwira tinggi Angkatan Darat (AD) korban penculikan dan pembunuhan Dewan Revolusi, disembunyikan. Pada 4 Oktober 1965 siang, proses evakuasi jenazah korban G30S PKI, mulai dilaksanakan.
Evakuasi melibatkan Kesatuan Intai Para Amphibi (Kipam) Marinir. Pada pukul 12.05 Wib, seorang prajurit Parako (Para Komando) yang memakai aqualung diperintahkan masuk ke dalam sumur Lubang Buaya.
Di dalam sumur yang mengandung gas beracun itu, petugas berhasil mengikat satu jenazah dengan tali dan mengangkatnya ke atas. Jenazah pertama berhasil dikeluarkan.
“Jenazah teridentifikasi sebagai Lettu Pierre Tendean,” demikian dilansir dari buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran, Sejak Nusantara sampai Indonesia (2014).
Pierre Tendean merupakan perwira TNI AD berdarah blasteran Indonesia Perancis. Tendean adalah ajudan Jenderal A.H Nasution yang turut menjadi korban keganasan G30S PKI.
Nasution yang juga kehilangan putri kecilnya, yakni Ade Irma Suryani, berhasil lolos dari penculikan.
Berhasil diangkatnya jenazah Pierre Tendean membuat proses evakuasi semakin bersemangat. Pada pukul 12.15 Wib, petugas yang kembali masuk ke dalam sumur berhasil mengikat salah seorang jenazah lain.
Namun saat hendak ditarik ke atas, jenazah terjepit jenazah lain, sehingga tidak bisa ditarik. Petugas kemudian memutuskan mengikat dua jenazah dan menariknya sekaligus.
“Setelah berhasil diangkat didapati jenazah Mayjen TNI S. Parman dan Mayjen TNI Suprapto dalam keadaan terikat”.
Selanjutnya pada pukul 12.55 Wib, yang berhasil diangkat adalah jenazah Mayjen TNI M.T Haryono dan Brigjen TNI Sutojo. Pada pukul 13.20 Wib giliran jenazah Letjen TNI Ahmad Yani berhasil diangkat dari Lubang Buaya.
Total enam jenazah telah berhasil diangkat. Sumur Lubang Buaya sekilas terlihat sudah kosong. Untuk memastikan itu, pada pukul 13.40 Wib, Kapten (Mar) Winanto diperintah untuk masuk ke dalam sumur melakukan pengecekan.
Penyisiran membuahkan hasil. Ternyata di dalam Lubang Buaya masih ada satu jenazah, yakni setelah diangkat teridentifikasi sebagai Brigjen TNI D.I Panjaitan.
Posisi semua jenazah di dalam Lubang Buaya diketahui terjungkir, yakni kepala di bawah dan kaki di atas. Secara umum kondisinya sudah menggembung, busuk, pecah-pecah dan mengeluarkan cairan.
Catatan medis menyebut, pada semua jenazah terdapat luka bekas tembakan dan beberapa luka bekas pukulan. Ada juga jenazah yang terikat satu sama lain, yakni Mayjen TNI S.Parman dan Mayjen TNI Suprapto.
“Seluruh jenazah kemudian dimasukkan ke dalam peti dan dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk disemayamkan”.
Peristiwa G30S PKI membuat pimpinan, kader dan seluruh simpatisan PKI diburu dan ditangkap. Ketua CC PKI DN Aidit, Njoto dan Letkol Untung Sutopo dieksekusi mati. Pada 12 Maret 1966 PKI resmi dibubarkan sekaligus dinyatakan sebagai partai terlarang.
Editor : Solichan Arif
Artikel Terkait