Fenomena Alam yang Menyebabkan Gunung-gunung Beterbangan saat Kiamat

Wahyu Budi Santoso
Gunung-gunung Beterbangan saat Kiamat dapat dijelaskan secara teori sains. FOTO/ REUTERS/sindonews

JAKARTA, iNewsBlitar.id - Hari Kiamat hingga kini masih menjadi misteri, namun ramalan dan gambaran saat Kiamat sudah bermunculan. Dari mulai. tsunami besar, gempa bumi, hingga gunung yang beterbangan.

Dan fenomena gunung beterbangan saat kiamat dapat dijelaskan secara teori sains. Dalam buku Tafsir Ilmu 'Kiamat dalam perspektif Alquran dan Sains' yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan mengenai kondisi Bumi dan gunung pada hari kiamat. Salah satu ayat Alquran mengungkap mengenai Bumi yang berguncang.

“Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut,” Surah Al-Fajr Ayat 21. Dari ayat tersebut bisa dijelaskan bahwa ketika kiamat tiba, Bumi akan diguncangkan dengan sangat dahsyat dan bertubi-tubi. Gunung-gunung diangkat dengan satu angkatan, lalu diempaskan, hingga Bumi terbelah. Isi gunung dimuntahkan hingga seakan perut Bumi menjadi kosong karenanya.

Selain gempa tektonik yang membelah Bumi karena patahan-patahan lempeng, letusan gunung yang hebat memuntahkan lahar dan mengisi semua cekungan Bumi. Laut dan sungai terisi material yang dikeluarkan letusan gunung. Akhirnya Bumi menjadi rata, tidak ada lagi gunung-gunung dan tempat-tempat yang tinggi, semuanya sama. Buku Tafsir Ilmi lebih lanjut menjelaskan, manusia tidak sempat melihat semuanya.

Sebab, mereka sudah punah akibat kehancuran Bumi yang sangat hebat. “Dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan,” Surah Al-Waqi’ah Ayat 5-6. Dalam bahasa sains, bisa juga digambarkan situasi Bumi dan gunung-gunung pada hari kiamat dideskripsikan sebagai berikut. Pergerakan lempeng Bumi di luar kebiasaan menyebabkan gempa besar yang melanda seluruh dunia. Perubahan rotasi bumi juga membalik pola angin secara global.

Dampak ini tentunya sangat berpengaruh pada perubahan suhu di bagian subtropik dan lintang tengah. Pergerakan ini memicu aktivitas vulkanik gunung-gunung berapi. Akibatnya, letusan gunung terjadi secara massal. Lava, debu, dan batuan panas disemburkan. Materialnya berhamburan memenuhi angkasa yang diumpamakan seperti bulu-bulu yang beterbangan tak tentu arah. Material panas terlontar dalam keadaan membara, memerahkan langit.

Panasnya udara memunculkan fenomena fatamorgana, seolah di depan tampak air yang sebenarnya hanyalah efek pembiasan oleh udara panas. Inilah skenario suatu rangkaian peristiwa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Di mana wilayah yang paling sering terkena sinar matahar i akan semakin panas dan sebaliknya daerah barat akan semakin mengalami dingin yang ekstrem.iNewsBlitar
 

Editor : Edi Purwanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network