BLITAR, iNewsBlitar – Koalisi partai politik pengusung pasangan calon wali kota dan calon wakil wali kota Blitar Syauqul Muhibbin-Elim Tyu Samba, pecah di legislatif.
Kebersamaan PKB, PAN dan Demokrat di koalisi Pilkada 2024 terungkap tidak linier di DPRD Kota Blitar.
Dalam pembagian alat kelengkapan dewan (AKD) di DPRD Kota Blitar, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) merasa dikhianati oleh Fraksi PKB yang merupakan rekan koalisi dalam Pilkada Kota Blitar.
Satu kursi di Badan Musyawarah (Bamus) DPRD yang sesuai komitmen politik di awal harusnya jadi jatah PAN, ternyata direbut oleh PKB.
“PKB telah meninggalkan kita. Kita telah dikhianati PKB,” ujar Ketua Fraksi PAN Kota Blitar Muhamad Raihan Tsany Azzura kepada wartawan Rabu (23/10/2024).
Penetapan susunan AKD, yakni Bamus, Banggar (Badan Anggaran), Badan Pembuat Perda dan Badan Kehormatan dilangsungkan sebelum digelar rapat paripurna DPRD Kota Blitar.
Di luar AKD juga terdapat pembagian kursi di komisi dan unsur pimpinan dewan.
Fraksi PAN di DPRD Kota Blitar diketahui memiliki empat anggota (termasuk Ketua Fraksi). Tiga anggota murni berasal dari PAN dan satu anggota dari Partai Demokrat.
Menurut Raihan, satu anggota dari Demokrat merupakan titipan PKB ke PAN, di mana mengacu komitmen awal akan mendapat jatah kursi di Bamus.
Namun tiba saatnya penyusunan Bamus, PKB yang memiliki 5 anggota ternyata kukuh mempertahankan mekanisme voting dan keluar sebagai pemenang.
Ridho Handoko, anggota Fraksi PAN dari Demokrat gagal memperoleh jatah kursi di Bamus. Walhasil, PKB di Bamus memiliki 2 kursi. Sedangkan PAN punya 1 kursi.
“Kami menerima Pak Ridho (Ridho Handoko) di F PAN karena dititipkan PKB ke FPAN,” ungkapnya.
Raihan juga mengungkapkan jika Fraksi PAN selama ini selalu memegang komitmen, khususnya kepada Fraksi PKB. Namun yang terjadi kata dia membuktikan musuh dalam selimut benar adanya.
Apa yang terjadi bagi dia bukan masalah perebutan jabatan, tapi keadilan dan wajah etika politik di parlemen Kota Blitar yang dipertontonkan begitu buruknya.
“Oligarki bermanifestasi tidak lagi lawan politik saja, justru kawan politik lah yang lebih mematikan,” tegasnya.
Apakah perpecahan PAN dan PKB di DPRD akan merembet ke koalisi Pilkada Kota Blitar? Apakah PAN akan mencabut dukungan dari koalisi paslon Ibin-Elim, termasuk Demokrat yang notabene anggota F-PAN?.
Raihan mengatakan soal itu (pencabutan dukungan koalisi pengusung Ibin-Elim) pihaknya akan membahas di internal sekaligus meminta arahan Ketua DPD PAN Kota Blitar.
“Kita akan membahas di internal sekaligus meminta arahan ketua DPD PAN bagaimana sikap ke depan,” pungkasnya.
Dikonfirmasi terkait polemik antara F-PKB dan F-PAN, Ketua DPRD Kota Blitar Syahrul Alim mengatakan sudah berusaha memfasilitasi, namun tidak didapatkan titik temu.
Akhirnya diputuskan digelar voting dan F-PKB keluar sebagai pemenang. Sebetulnya formasi di AKD bisa berubah setelah 2,5 tahun, namun F-PKB menyatakan tidak bersedia bergantian.
Editor : Solichan Arif