get app
inews
Aa Read Next : Jatim Beragam Blitar Raya Bersama Relawan Ganjar-Mahfud Gelar Aksi Bersih Pantai Gondo Mayit

Blitar Gempar, Cahaya Terang Tiba-tiba Muncul dari Makam Bung Karno

Rabu, 02 Maret 2022 | 09:29 WIB
header img
Makam Bung Karno di Kota Blitar tiba-tiba muncul cahaya terang (foto ilustrasi/istimewa)

BLITARiNewsBlitar - Makam Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno di Kota Blitar diselimuti beragam cerita misteri.

 

Seberkas cahaya terang tiba-tiba muncul dari makam Bung Karno. Baby Huwae melalui penglihatan batinnya, menyaksikan fenomena ganjil itu.

 

Peristiwa yang berlangsung pada malam tahun 1978 itu membuatnya terkesima. Saat itu Baby Huwae tengah berdoa di depan pusara makam Bung Karno.

 

Baby Huwae merupakan artis film yang namanya populer di tahun 1960-an. Bung Karno semasa hidupnya lebih suka memanggil Baby Huwae dengan nama Lokita.

 

Lengkapnya Lokita Purnamasari, yang oleh Baby nama pemberian Bung Karno tersebut, kemudian terus dipakainya.  

 

Baby bergegas ke Blitar begitu menerima kabar makam Bung Karno akan dipugar. Ali Moertopo selaku tangan kanan Presiden Soeharto, menyampaikan langsung rencana pemerintah pusat tersebut.

 

Saat itu tanggal 24 Januari 1978. Bersama momentum perayaaan HUT Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di gedung Gelora Manahan Solo, Letjen Ali Moertopo mengatakan, makam Bung Karno akan dipugar.

 

Padahal makam founding father itu baru berusia sewindu (8 tahun). Dalam sambutannya Ali juga menyampaikan rencana sekaligus penanggung jawab proyek pemugaran itu langsung dari Soeharto selaku presiden maupun pribadi.

 

Sementara di depan pusara Bung Karno, Baby tidak bergerak. Ia tidak bisa memastikan cahaya yang keluar itu. Entah pulung atau ndaru atau yang lain. Cahaya terang itu kemudian melesat ke arah Candi Penataran.

 

Penataran merupakan candi terbesar di Jawa Timur. Candi yang berdiri sejak era Kerajaan Kadiri itu berada di sebelah utara Makam Bung Karno, yakni di wilayah Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.

 

“Alamat atau firasat apa gerangan ini?,” kata Baby bertanya dalam hati seperti dikisahkan Andjar Any dalam buku “Misteri Mistik Bung Karno”.

 

Baby Huwae memang dikenal memiliki kemampuan metafisika. Bagi Baby, pengalaman yang sulit terjelaskan nalar itu bukan pertama kalinya. 

 

Baby pernah suatu ketika berada di Istana Mangkunegaran Solo. Tiba-tiba batinnya menangkap suasana perkabungan. Situasi duka.

 

Apa yang ia rasakan kemudian memperoleh jawaban. Gusti Puteri Mangkunegoro tidak lama kemudian wafat.

 

Sementara begitu melihat fenomena cahaya yang melesat keluar dari makam Bung Karno, hati Baby tiba-tiba merasa sedih. Ia merasakan duka mendalam yang penyebabnya tidak terjelaskan.  

 

Baby merasakan ada yang hilang. Ia lalu memilih bersemedi (meditasi) berusaha mencari jawaban. Mencari makna dari cahaya yang melesat pergi. 

 

Baby lalu mengatakan makam Bung Karno di Blitar telah kosong. “Bukan dalam arti kosong lahiriah, tetapi secara batiniah,” tulis Andjar Any dalam "Misteri Mistik BungKarno”.

 

Baby meraskaan roh Bung Karno telah berpindah ke Batu Tulis Bogor, dekat Istana Hing Puri Bima Sakti (Istana Batu Tulis) Bogor.

 

Spekulasi sontak berkembang sekaligus menghubungkan dengan surat wasiat yang Bung Karno pernah tulis.

 

Dalam surat wasiatnya pada 6 Juni 1962 Bung Karno menulis: “Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon rindang....dan seterusnya”.

 

Surat wasiat ditujukan kepada keluarga. Surat wasiat tertanggal 16 September 1964 yang ditulis di Bogor, juga menyampaikan pesan serupa. 

 

Begitu juga surat wasiat yang ditulis  pada 24 Mei 1965, dan bahkan lebih jelas. “Tempat kuburan bersama itu telah saya tentukan, yaitu di Kebun Raya Bogor dekat bekas kolam permandian yang membukit”.

 

Bung Karno saat bertemu Cindy Adam, penulis buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”,  juga menyampaikan wasiat serupa.

 

Bung Karno mengatakan tak ingin dikuburkan seperti Gandhi (Mahatma Gandhi). Baginya kuburan Gandhi dengan berbagai hiasan dari Pandit Jawaharlal Nehru, terlalu mewah. 

 

Bung Karno ingin bermakam di bawah pohon rindang, dikelilingi alam sekitar yang indah, di samping sungai serta di antara bukit yang berombak-ombak.

 

“Dan aku ingin rumahku yang terakhir ini terletak di sekitar Kota Bandung di tengah daerah Priangan yang sejuk dan nyaman, berlembah dan bergunung serta subur, di mana aku pertama kali bertemu petani Marhaen,” kata Bung Karno dalam buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”.

 

Pada 20 Juni 1970, kesehatan Bung Karno terus memburuk. Prof Dr Mahar Mardjono selaku Ketua Tim Dokter menyampaikan komunike medis, bahwa tepat pukul 07.00 Wib tanggal 21 Juni 1970, Bung Karno wafat.

 

Saat jenazah masih berada di Wisma Yaso, sejumlah tokoh berdatangan untuk berbela sungkawa. Terlihat Jendral AH Nasution, Buya Hamka, Prof Sumitro dan Jendral Sarwo Edi.

 

Dari pihak keluarga tampak mantan istri Bung Karno, Inggit Garnasih yang langsung datang dari Bandung. Kemudian Haryati, Yurike Sanger, Ratna Sari Dewi yang duduk bersebelahan dengan Hartini. 

 

Sementara Fatmawati hanya mengirim karangan bunga duka cita yang bertuliskan : “Cintamu selalu menjiwai rakyat. Cinta Fat”.

 

Jenazah Bung Karno gagal dimakamkan sesuai permintaan dalam surat wasiatnya. Sesuai Keputusan Presiden RI  No 44 Tahun 1970, Presiden Soeharto menetapkan tempat makam jenazah almarhum Bung Karno adalah di Blitar. 

Editor : Solichan Arif

Follow Berita iNews Blitar di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut