get app
inews
Aa Text
Read Next : Konsolidasi PCNU Blitar Sebut Paslon yang Layak Dimenangkan Nahdliyin di Pilkada, Siapa?

Ditanya Hubungan NU dan Nasionalisme, Mbah Wahab Tiba-tiba Nyalakan Korek Api

Senin, 31 Januari 2022 | 09:07 WIB
header img
foto : Harlah NU ke-96

BLITAR, iNewsBlitarOrmas Islam terbesar Nahdlatul Ulama atau NU hari ini berulang tahun (harlah) ke-96.

 

NU lahir pada 31 Januari 1926 di kampung Kertopaten Surabaya Jawa Timur, tepatnya di kediaman KH Wahab Hasbullah.  

 

Penetapan hari lahir NU (31 Januari 1926) sebagai jam’iyah (organisasi) mengambil momentum pertemuan sejumlah ulama Islam terkemuka di Indonesia.

 

Para ulama yang hadir diantaranya KH Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, KH Bisri Syansuri Denanyar Jombang, KH Asnawi Kudus, KH Nawawi Pasuruan, KH Ridwan Semarang, KH Maksum Lasem, KH Nahrawi Malang, H Ndoro Munthaha (Menantu Mbah Cholil) Bangkalan Madura, KH Abdul Hamid Faqih Sedayu Gresik, KH Abdul Halim Leuiwimunding Cirebon, KH Ridwan Abdullah, KH Mas Alwi, KH Abdullah Ubaid Surabaya, dan Syekh Ahmad Ghana’im Al Misri Mesir dll.

 

Berkumpulnya para ulama yang kelak dikenal sebagai para tokoh sekaligus pendiri NU di rumah KH Wahab Hasbullah itu awalnya  dalam rangka membahas sekaligus menunjuk delegasi Komite Hijaz.

 

Ada cerita menarik di awal pendirian jam’iyah NU. Sehari sebelum NU berdiri, dalam musyawarah para ulama muncul pertanyaan terkait NU dan nasionalisme.

 

Hal itu mengingat Indonesia masih berada dalam cengkeram penjajahan Kolonial Belanda.

 

“Apakah pembentukan perkumpulan para ulama (NU) mengandung tujuan menuntut kemerdekaan?,” tanya Kiai Abdul Halim dari Leuiwimunding Cirebon.

 

Seperti diriwayatkan buku “Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama” (cetakan 1985) karya Choirul Anam, Kiai Wahab Hasbullah atau Mbah Wahab menjawab tegas.

 

“Tentu. Itu syarat nomor satu umat Islam menuju ke jalan itu (kemerdekaan). Umat Islam kita tidak leluasa sebelum negara kita merdeka.”

 

Namun Kiai Halim masih juga ragu. Ia melihat pembentukan perkumpulan ulama (NU) masih sebatas untuk pengiriman undangan atau delegasi Komite Hijaz.

 

“Apakah dengan usaha macam begini ini bisa menuntut kemerdekaan?,” tanya Kiai Halim selanjutnya seperti dikutip dari buku “Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama”.

 

Mbah Wahab diam sejenak dan  lalu mengambil sebatang korek api dan menyulutnya.

 

“Ini bisa menghancurkan bangunan perang. Kita jangan putus asa. Kita harus yakin tercapai negeri merdeka,” kata Mbah Wahab.

 

Disimpulkan bahwa lahirnya NU juga didorong oleh semangat membangun nasionalisme. Membangun nasionalisme sama artinya dengan membela tanah air.

Editor : Solichan Arif

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut