get app
inews
Aa Text
Read Next : Cerita Kekuasaan Majapahit Runtuh, Namun Ajaran Molimo Bhairawa Tantra Justru Meluas

Kisah Tragis Bhre Pamotan, Raja Majapahit yang Tewas Tenggelam

Minggu, 30 Juli 2023 | 09:14 WIB
header img
Kisah tragis Bhre Pamotan, Raja Majapahit yang hilang akal dan tewas tenggelam. Ilustrasi Kerajaan Majapahit (Foto: Jejaktapak)

LUMAJANG,iNewsBlitar - Kerajaan Majapahit paska Perang Paregreg (1404-1406 M) mengalami pergolakan politik yang berkepanjangan.

Perang antara Wikrawardhana atau Bhre Mataram (1389-1429) dengan Bhre Wirabumi (1401-1406) menyisakan situasi kekuasaan yang tidak pernah kondusif.

Pemenggalan kepala Wirabumi berujung pada konflik, perseteruan, intrik politik yang berlarut-larut di pusat kekuasaan Majapahit. Benturan antar kerabat berlangsung tak henti-henti.

Bahkan Dyah Wijayakumara atau Sri Rajasawarddhana alias Bhre Pamotan (1451 -1453 M) yang menduduki tahta Majapahit berikutnya, mengalami peristiwa tragis yang menyedihkan.

“Tidak sampai dua tahun berkuasa, di tengah konflik perebutan kekuasaan dengan putra-putra Sri Prabu Kertawijaya, Sri Rajasawarddhana hilang ingatan,” demikian dikutip dari buku Atlas Wali Songo (2016).

Dyah Wijayakumara Bhre Pamotan naik tahta setelah menggantikan Sri Prabu Kertawijaya atau Bhre Tumapel (1447-1451) yang mangkat karena terbunuh. Sesuai kitab Pararaton, jenazah Kertawijaya didarmakan di Kertawijayapura.

Yakni berwujud sebuah makam tua di samping makam putri Campa, Darawati, istri Sri Prabu Kertawijaya. Bhre Pamotan dinobatkan sebagai Raja Majapahit di Keling-Kahuripan, yakni terletak di pedalaman Daha Kediri.

Penobatan Bhre Tumapel dicurigai telah terjadi ketidakberesan di pusat lingkaran kekuasaan Majapahit. “Menunjukkan adanya ketidakberesan, mengingat Dyah Wijayakusuma Bhre Pamotan hanya berkedudukan sebagai menantu Sri Prabu Kertawijaya”.

Bhre Pamotan tercatat memerintah Majapahit secara singkat. Entah apa yang terjadi. Tidak sampai dua tahun berkuasa, Bhre Pamotan tiba-tiba mengalami hilang ingatan.

Sebuah peristiwa tragis terjadi di tengah acara yang digelar untuk menghibur raja. Bhre Pamotan yang berada di atas perahu yang mengarungi tengah segara (lautan), mendadak lepas kendali.   

“Ia melompat dan mati tenggelam,” begitu dikutip dari Atlas Wali Songo. Peristiwa kematian Raja Majapahit Bhre Pamotan yang mati tenggelam di segara diabadikan ke dalam sebuah nama.

Raja Majapahit itu mendapat nama anumerta Bhre Pamotan Sang Sinagara (Bhre Pamotan yang melempar diri ke segara). “Ia meninggalkan empat orang putera dan seorang puteri, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, Bhre Kretabhumi dan Parameswari Lasem”.

Kitab Pararaton mencatat, sepeninggal Bhre Pamotan, Kerajaan Majapahit selama tiga tahun (1453-1456 M) tidak memiliki raja. Situasi itu berakhir setelah Bhre Wengker pada 1456 M naik tahta.

Bhre Wengker memakai gelar Hyang Purwasisesa. Bhre Wengker merupakan putera Sri Prabu Kertawijaya. Hyang Purwawisesa selama memerintah meneruskan kebijakan ayahandanya.

“Yang memberikan kedudukan-kedudukan penting kepada kerabat-kerabatnya yang beragama Islam”. Pada masa pemerintahan Hyang Purwawisesa, Raden Patah, saudara lain ibu diangkat menjadi Pecat Tandha di Bintara.

Kedudukan Raden Patah di bawah Adipati Demak Lembu Sora. Sementara Raden Kusen, putra Arya Damar diangkat menjadi Pecat Tandha di Terung. Bhattara Katong, saudara lain yang beragama Islam diangkat menjadi raja di Wengker (Ponorogo).

Raden Paku yang merupakan Bhre Wirabumi diangkat menjadi raja muda di Giri dengan gelar Prabu Satmata. Kelak Raden Patah yang mentahbiskan diri sebagai Sultan Demak menggulingkan kekuasaan kerajaan Majapahit.

“Hyang Purwawisesa memerintah selama sepuluh tahun. Ia mangkat pada tahun 1466 Masehi dan didarmakan di Puri,” demikian dikutip dari Atlas Wali Songo.     

   

Editor : Solichan Arif

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut