get app
inews
Aa Read Next : Kisah Sunan Kalijaga yang disebut Naskah Belanda Berdarah Arab

Kisah Ayah Jaka Tingkir yang Pilih Mati daripada Menghadap Sultan Demak Bintoro

Selasa, 11 April 2023 | 06:30 WIB
header img
Ayah Jaka Tingkir atau Ki Ageng Pengging memilih mati daripada harus menghadap Sultan Demak Bintoro (foto/ist)

BLITAR, iNewsBlitar - Penolakan Ki Ageng Pengging atau Kebo Kenanga atas undangan pengukuhan Trenggono sebagai Sultan Demak Bintoro membuat penguasa baru tanah Jawa itu, geram.

Sebelumnya Ki Ageng Pengging sudah tiga kali menolak datang ke Demak. Mulai beralasan menunggu kepulangan Kebo Kanigara, kakaknya yang bersemedi di Gunung Merapi, hingga berterus terang enggan datang.

Penguasa Demak menganggap Pengging telah membangkang. Ia juga disyak wasangkai tengah menyusun kekuatan untuk makar. Sebab bagaimanapun Pengging adalah cucu Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir yang telah diruntuhkan Demak.

Juga murid kinasih Syekh Siti Jenar, ulama penyebar Islam yang telah berselisih dengan Wali Songo dan dijatuhi hukuman mati. Yang tidak dimengerti oleh penguasa Demak, Ki Ageng Pengging sudah memutuskan menjauhi kekuasaan, termasuk melepas gelar kebangsawanan.

Ia melakukan “bunuh diri” kelas. Dari kehidupan priyayi agung beralih menjadi rakyat jelata dengan melakukan cara produksi lazimnya petani, yakni bercocok tanam.

Karenanya ia menolak hadir dalam pengukuhan Trenggono sebagai Sultan Demak Bintoro, menggantikan Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang mati muda. Ia memilih tenggelam dalam dzikir dan tafakur di langgarnya.

“Cara hidup dan tingkah lakunya keseharian (Ki Ageng Pengging) tidak mencerminkan sebagai seorang cucu raja besar, namun ia ganti dengan cara hidup seorang santri,” demikian dikutip dari buku Jalan Gila Menuju Tuhan (2013).

Ki Ageng Pengging merupakan putra Raden Andayaningrat, panglima perang Majapahit yang menikah dengan Dewi Pembayun, putri sulung Prabu Brawijaya V.  Dengan Sultan Trenggono, Ki Ageng Pengging terhitung saudara sepupu.

Dalam peristiwa penyerangan pasukan santri Demak ke Majapahit. Andayaningrat, ayah Ki Ageng Pengging tewas di tangan Sunan Ngudung, yakni ayah Sunan Kudus.

Paska tragedi itu, Kebo Kenanga pulang ke Pengging, yakni wilayah yang berlokasi di antara Boyolali dan Kartasura Jawa Tengah. Ki Ageng Pengging merasa hidupnya lebih tentram.

Ia tidak ingin lagi berurusan dengan Demak. Ia memilih menanti kelahiran buah hati, yakni keturunan yang sudah lama ditunggunya. Bayi laki-laki itu diberi nama Mas Karebet atau dikenal Jaka Tingkir.

Nama yang merujuk pada peristiwa yang terjadi saat proses kelahiran, yakni lahir di tengah-tengah berlangsungnya pagelaran wayang beber di mana Ki Ageng Pengging sebagai dalangnya.

Mas Karebet yang kemudian diasuh Ki Ageng Tingkir, yakni saudara seperguruan Ki Ageng Pengging kelak menjadi Raja Pajang pertama yang bergelar Sultan Hadiwijaya.

Sampai Sunan Kudus datang sendiri mewakili Sultan Trenggono, Ki Ageng Pengging tetap bersikukuh menolak datang ke Demak. Ia tahu resikonya. Menolak keinginan raja sama halnya dengan makar.

Dan hukuman bagi seorang pemberontak adalah mati. Ki Ageng Pengging meminta Sunan Kudus tidak ragu melaksanakan tugasnya, menjatuhkan hukuman mati.

“Laksanakan saja tugasmu ini dengan baik, sesuai kesepakatan awal antara Dimas (Sunan Kudus) dengan Sultan Trenggono,” kata Ki Ageng Pengging seperti dikutip dari Jalan Gila Menuju Tuhan.

Sebelum eksekusi dilakukan, terjadi percakapan antara keduanya tentang rahasia hidup dan kematian. Sunan Kudus meminta Ki Ageng Pengging memperlihatkan ilmu seperti apa mati di dalam hidup.

Ki Ageng Pengging yang terkenal sakti itu, hanya tersenyum. Sejurus kemudian, dimintanya Sunan Kudus menusukkan sebilah keris kecil ke sikunya. Tusukan itu membuat Ki Ageng Pengging tiba-tiba tergolek lemas, namun bibirnya tetap tersenyum.

Dengan didahului salam, mata Ki Ageng Pengging terkatup rapat. Nafasnya berhenti. Nyawa ayah Jaka Tingkir itu telah melayang. Sejarah kembali terulang, di mana ayah Ki Ageng Pengging, yakni Andayaningrat tewas di tangan Sunan Ngudung, ayah Sunan Kudus.  

Editor : Solichan Arif

Follow Berita iNews Blitar di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut