Logo Network
Network

Mengenal Keampuhan Operasi Teritorial TNI di Papua dan Timor Leste, Apa itu?

Arif
.
Jum'at, 27 Januari 2023 | 10:02 WIB
Mengenal Keampuhan Operasi Teritorial TNI di Papua dan Timor Leste, Apa itu?
Operasi Teritorial menjadi salah satu cara TNI untuk memenangkan peperangan. (foto/ist)

JAKARTA, iNewsBlitar – Pada sebuah pertempuran yang panjang, TNI (Tentara Nasional Indonesia) tidak hanya melaksanakan operasi tempur dan operasi intelijen.

Sebab musuh tidak terus menerus harus digedor dengan serangan amunisi. Dalam situasi tertentu, TNI juga menerapkan operasi teritorial. Bahkan operasi teritorial menjadi operasi pokok penentu kemenangan.

Begitu yang disampaikan Mayjen TNI Sintong Panjaitan saat menjabat Panglima Kodam IX/Udayana sekaligus dipercaya memimpin operasi militer di Dili, Timor Timur.

Operasi teritorial diterapkan Sintong setelah operasi tempur berlangsung lama dan berlarut-larut. Bagi Sintong, operasi tempur sebagai operasi pokok yang disokong operasi intelijen dan operasi teritorial di Timor Timur sudah terlalu lama.

Sudah 14 tahun pasukan TNI bertempur di Dili, yakni sejak 7 Desember 1975. Dan itu dianggapnya terlalu lama. Bahkan menurut Sintong Panjaitan lebih lama dari Perang Dunia II dan Perang Kemerdekaan di Indonesia. Pertempuran selama itu juga telah menimbulkan kerugian yang tidak kecil.

Menurut Sintong, dampak terlalu panjangnya operasi tempur justru berakibat kontraproduktif. Yang semula dihadapi TNI di Dili hanya Partai Fretilin, akibat operasi tempur terlalu lama, perlawanan jadi meluas. Muncul gerakan afiliasi dari rakyat yang membuat lawan semakin kuat.

“Seharusnya operasi tempur cukup berlangsung selama tiga atau empat tahun saja, kemudian diganti operasi teritorial sebagai operasi pokok yang didukung dengan operasi tempur dan operasi intelijen,” kata Sintong dalam buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009).

Sintong menjelaskan alasan operasi teritoral secara panjang lebar. Tujuan operasi teritorial untuk memulihkan luka-luka akibat operasi tempur, sehingga perlu segera dilakukan pembangunan kembali infrastruktur.

Kemudian perlu dilakukan peningkatan kesejahteraan maupun menciptakan rasa damai di kalangan masyarakat, yang tujuanya untuk memenangkan hati rakyat. “Di situlah letak masalahnya,” kata Sintong.

Momentum yang tepat menjadikan operasi teritorial sebagai operasi pokok adalah ketika Nikolau Lobato, Presiden Republik Demokrasi Timor Leste tewas dalam kontak senjata pada 31 Desember 1980.

Sejak peristiwa itu perlawanan bersenjata Fretelin berhasil dipatahkan. Dan sejak pertengahan atau akhir 1981 Fretelin mengubah perjuangan bersenjata menjadi perjuangan politik.

Mereka memakai haluan demokrasi yang terbukti lebih populer di kalangan rakyat Timor Timur. Pada saat itu, kata Sintong TNI sudah waktunya mengganti operasi tempur dengan operasi teritorial.

Pemikiran Sintong Panjaitan terkait pemakaian operasi teritorial disampaikan kepada Panglima ABRI (sekarang Panglima TNI) Jenderal TNI Try Sutrisno dan disetujui.  

Terungkap, pemikiran Sintong Panjaitan terkait operasi teritorial sebagai operasi pokok di Timor Timur diperoleh dari pengalaman melaksanakan operasi di Irian Barat (sekarang Papua). Pada tahun 1967 Sintong memimpin operasi tempur Tim RPKAD (sekarang Kopassus) di daerah Kepala Burung.

Dua tahun kemudian ia kembali ke Irian Barat dengan memikul tugas mengamankan sekaligus memenangkan Pepera. Untuk memenangkan hati rakyat Irian Barat, Sintong Panjaitan menerapkan operasi teritorial dan terbukti.

Editor : Solichan Arif

Follow Berita iNews Blitar di Google News

Bagikan Artikel Ini