MEMBACA Al-Quran sangat dianjurkan untuk dikerjakan sebagai amalan utama di bulan Ramadan. Karena di bulan ramadan, amalan baik akan dilipatgandakan pahalanya. Amalan ini masih dilakukan di Masjid Jami' di Padukuhan Wonojoyo Kalurahan Genjahan Kapanewonan Ponjong Kabupaten Gunungkidul.
Masjid ini berdiri di tanah perdikan pemberian Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Di masjid inilah tersimpan rapi Al-Quran tulisan tangan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Wiroyudo. Sosok yang diyakini sebagai keturunan Majapahit dan sosok yang menyebarkan agama Islam pertama kali di Gunungkidul. Hal tersebut diungkapkan oleh Jayani Zaini (67) Takmir masjid Jami'.
Jayani juga masih keturunan dari KRT Wiroyudo tersebut. KRT Wiroyudo adalah keturunan majapahit yang akhirnya menyebarkan agama Islam. "Tahun 1.800 wiroyudo tinggal di Umbulrejo Kapanewon Ponjong,"t ujar Jayani. Lelaki ini sampai saat ini masih setia merawat Al-Qur'an tulisan tangan KRT Wiroyudo tersebut.
Meski saat ini Al-Quran tersebut sudah mulai lapuk, namun ia berusaha merawatnya dengan membersihkannya dalam kurun waktu tertentu. Sesekali Al-Qur'an tersebut dibaca, namun kini lebih banyak tersimpan di dalam kotak kayu yang khusus dibuat untuk menyimpannya. Ia khawatir jika terlalu sering disentuh justru merusak Al-Quran tersebut.
"Beliau (KRT Wiroyudo) adalah keturunan Majapahit yang akhirnya menyebarkan agama Islam di Gunungkidul. Saya tidak mengetahui secara pasti kapan Al-Quran tersebut disusun, saya hanya merawatnya,"ujarnya. Jayani mengaku sebelumnya ia merantau di Jakarta. Setelah kembali ke Gunungkidul tahun 1997, ia mulai merawat Al-Quran peninggalan kakek buyutnya tersebut.
Di tahun 1997 itulah, ia kembali ke kampung halamannya sudah mendapati Al-Qur'an tulisan tangan tersebut sudah seperti sekarang ini, yaitu tanpa sampul dan mulai rapuh. Al Qur'an tersebut sejatinya milik Muhammad Ihsan, putera dari KRT Wiroyudo. Di waktu kecil, Muhammad Ihsan dan saudaranya, Hasan disekolahkan di Arab Saudi selama beberapa tahun.
Keduanya menuntut ilmu di Arab Saudi dan akhirnya kembali ke Indonesia. Sekembalinya ke Indonesia, keduanya membantu KRT Wiroyudo menyebarkan agama Islam di daerah Wonosari. KH Muhammad Hasan berada di Tepus dan KH Muhammad Ihsan terus berada di Ponjong. KH Muhammad Ihsan mendekati raja di Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dengan mengabdi sebagai abdi dalem.
Kemudian karena jasanya tersebut, KH Muhammad Ihsan diberi tanah Merdikan sekitar 1 hektare di Padukuhan Wonojoyo yang kini salah satu bagiannya berdiri masjid Jami'. Masjid tersebut didirikan tahun 1820. "Dulunya, Al Qur'an tersebut diberikan kepada Muhammad Ihsan untuk pembelajaran agama Islam," paparnya.
Kemudian tahun kapan ditulis dan berapa lama disusun, Jayadi sendiri tidak mengetahuinya secara pasti. Karena ia hanya merawatnya agar tidak rusak atau lapuk di makan usia. Di samping itu, KH Muhammad Ihsan juga mendapatkan putri Triman (puteri pemberian raja) untuk dipersunting olehnya. Setelah memiliki anak dan istri kemudian ia mendapatkan pesan untuk mendirikan rumah limasan dan joglo yang sangat sederhana. "Rumahnya dulu di depan Masjid ini," katanya.
Kemudian lama-kelamaan, KH Muhammad Ihsan mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Rodhatul Qulud. Para santri di Pondok Pesantren tersebut tidak hanya dari sekitar sini saja tetapi juga luar daerah. Para santri ngaji dan mencari ilmu di pondok pesantren tersebut. Karena rumahnya jauh sehingga para santri menginap di Pondok Pesantren. KH Muhammad Ihsan juga mendirikan masjid yang sekarang dinamakan Masjid Jami Wonojoyo. Karena santrinya banyak kemudian diberikan kepada raja ketika sudah jadi. "Kemudian dari kerajaan beliau ditunjuk sebagai khotib dan imam masjid Jamik Wonojoyo," ujarnya. Inews Blitar
Editor : Edi Purwanto
Artikel Terkait