MOSKOW, iNewsBlitar.id - Twitter hukum Rusia. Twitter membatasi konten yang dikeluarkan oleh akun-akun pemerintah Rusia, termasuk akun milik Presiden Vladimir Putin. Diketahui kalau saat ini ada sekitar 300 akun Twitter resmi milik pemerintah Rusia yang dibatasi. Demikian dilansir dari Sindonews.com, Jumat (8/4/2022),
Twitter mengatakan, dengan pembatasan ini maka akun-akun tersebut tidak akan lagi direkomendasikan di timeline, notifikasi, atau di tempat lain di situs. "Kami akan mengambil tindakan terhadap negara mana pun yang membatasi akses ke internet terbuka saat mereka terlibat dalam konflik bersenjata," kata Twitter. Seperti diketahui, Twitter telah dibatasi di Rusia sejak perang dimulai di Ukraina. Saat ini Putin memiliki dua akun resmi di situs media sosial, yang berbahasa Rusia memiliki 3,6 juta pengikut sedangkan yang berbahasa Inggris memiliki 1,7 juta pengikut.
Twitter terpaksa membatasi akun-akun milik pemerintah Rusia karena menganggap Kremlin bermuka dua. Karena pejabat bebas memposting di media sosial, sedangkan oposisi dibatasi sehingga menciptakan ketidakseimbangan informasi.
Akun pemerintah Rusia yang ditargetkan termasuk profil kementerian dan kedutaan resmi, serta akun pejabat tinggi Rusia. Akun-akun tersebut sebelumnya telah dikritik karena menyebarkan informasi yang salah selama perang Ukraina.
Twitter mengatakan sedang menerapkan aturan ke negara mana pun yang membatasi akses ke layanan online saat terlibat dalam perang antarnegara. Tetapi aturan baru, yang mulai berlaku pada hari Selasa, awalnya hanya memengaruhi akun pemerintah Rusia.
Dalam pembatasan yang mulai berlaku sejak Selasa kemarin, konten di lebih dari 300 akun resmi pemerintah Rusia tidak akan lagi dinotifikasi. Ini berarti algoritme kuat Twitter tidak akan mempromosikan akun ini.
Pada 10 Maret 2022, akun resmi Kedutaan Besar Rusia di Inggris mengklaim pengeboman sebuah rumah sakit bersalin di kota Mariupol, Ukraina, telah dipalsukan. Setelaj diselidiki Twitter, ternyata klaim itu salah dan tweet dihapus.
Sejauh ini, Twitter tidak dilarang di Rusia namun situs tersebut berjalan sangat lambat ketika dioperasikan. Namun Twitter menyatakan kalau kebijakan terhadap Rusia ini bukan aksi balas dendam karena koneksi mereka diperlambat.iNews Blitar
Editor : Edi Purwanto
Artikel Terkait