JAKARTA, iNewsBlitar.id - Konflik Rusia-Ukraina makin panas. Sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin menyerang Ukraina, dia berpidato mengungkap alasannya melakukan langkah berani itu. Rusia selama ini tidak merasa aman dan berkembang, bahkan hidup dalam ancaman dari Ukraina modern.
Putin menegaskan, Ukraina tidak diperbolehkan bergabung dengan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) lantaran jelas mengancam posisi Rusia.
Apalagi, Rusia memimpin CSTO (Organisasi Perjanjian Kolektif) dan disebut sebagai pesaing NATO. Lantas, mana yang lebih kuat di antara keduanya? NATO resmi didirikan pada 4 April 1949 di Washington D.C, Amerika Serikat (AS). Organisasi aliansi militer ini didirikan oleh AS, Kanada, dan beberapa negara di Eropa Barat untuk memberikan keamanan menyeluruh dari Uni Soviet.
Dalam Jurnal Hubungan Internasional bertajuk ‘Kebutuhan Uni Eropa Terhadap Institusi Keamanan: Peranan NATO di Era Kontemporer’, ada 3 tujuan utama dibentuknya NATO. Tujuan tersebut adalah untuk menghalangi ekspansionisme Soviet, demi melarang bangkitnya militerisme nasionalisme di Eropa, dan mendorong adanya integrasi politik di Eropa.
Sementara itu dalam laman resminya, NATO mempromosikan nilai-nilai demokrasi yang memungkinkan para negara anggotanya untuk berkonsultasi sekaligus bekerja sama dalam masalah keamanan dan pertahanan. Di bidang politik, NATO berkomitmen untuk mencegah konflik dengan membangun kepercayaan jangka panjang.
Dalam bidang militer, NATO ingin menyelesaikan sengketa dengan damai. Hingga saat ini, ada 30 negara yang tergabung dengan NATO. Negara-negara itu adalah AS, Albania, Belgia, Bulgaria, Kanada, Kroasia, Republik Ceko, Estonia, Denmark, Jerman, Islandia, Prancis, Hungaria, Yunani, Italia, Lituania, Latvia, Montenegro, Luksemburg, Makedonia Utara, Belanda, Polandia, Portugal, Rumania, Slovenia, Slowakia, Turki, Inggris Raya, Spanyol, dan Norwegia.
Seperti membuat pesaing NATO, Rusia menahkodai lahirnya organisasi serupa bernama CSTO (Organisasi Perjanjian Kolektif). Melansir Sindonews, organisasi ini dibentuk antara tahun 1992 dan menaungi negara-negara pecahan Soviet. Adapun negara anggota CSTO adalah Rusia, Kazakhstan, Belarus, Armenia, Tajikistan, Uzbekistan, dan Kirgistan.
Seluruh negara anggota CSTO berpandangan bahwa negara yang melakukan agresi ke salah satu negara anggota CSTO, berarti akan menghadapi CSTO dan dipandang melakukan agresi kepada semua negara anggota CSTO. Dalam laman resminya, CSTO dibentuk berdasarkan Traktat Keamanan Kolektif yang ditandatangani pada 15 Mei 1992 di Uzbekistan (dahulu bernama Tashkent).
Sampai tahun 2002, traktat itu pada hakikatnya merupakan kesepakatan regional yang berperan penting dalam memelihara kerja sama dan kesepahaman di bidang militer dan politik. Piagam CSTO didaftarkan ke PBB di bulan Desember 2004. Organisasi ini berisi pasukan yang memang bertujuan untuk melakukan operasi pemeliharaan organisasi.
Di dalamnya, ada personel militer, masyarakat sipil dan polisi yang memang sudah dilatih khusus. Tentunya, dengan fasilitas yang diberikan oleh negara anggotanya. Saat ini, jumlah personel penjaga perdamaian CSTO adalah 3.600 orang. Jika dilihat dari komposisi negara anggota, NATO sudah pasti jauh lebih unggul.
Selain jumlah negara anggotanya yang lebih banyak, anggota NATO juga berasal dari berbagai negara di belahan Eropa. Sementara itu, CSTO hanya berisikan 6 negara yang seluruhnya adalah pecahan Soviet. Dalam artikel bertajuk ‘NATO and CSTO: The Game Power of Interest’ karya Robert Bialoskorski, NATO memang memiliki berbagai sisi yang lebih unggul dibandingkan CSTO.
Contohnya adalah ekonomi global, militer, dan kekuatan geopolitik. Akan tetapi, proses penyebaran militer CSTO dimungkinkan lebih cepat dibanding NATO. Hal itu bisa terjadi karena adanya supremasi militer dan politik Rusia. Demi memperkuat CSTO, Rusia bekerja sama dengan negara-negara di Asia Tengah dan Timur, seperti India dan China. Seperti diketahui, China memegang peranan penting dalam ekonomi dunia dan dapat dikatakan mampu menyaingi AS. iNews Blitar
Editor : Edi Purwanto
Artikel Terkait