BLITAR, iNewsBlitar - Menteri Sosial Tri Rismaharini mencurigai kandungan air yang selama ini dikonsumsi oleh keluarga Sasmiati, warga Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Sasmiati dan keempat anaknya mengalami keterbelakangan mental.
"Boleh saya minta air dari sini, akan saya periksakan," ungkap Mensos Tri Rismaharini saat mengunjungi Keluarga Sasmiati, Minggu (22/10/2023).
Kemudian seorang warga mengambilkan air yang selama ini dikonsumsi oleh Sasmiati dan keluarga. Air dalam botol air mineral 500 ml dibawa Risma untuk diuji laboratorium.
Air ini juga air yang sama dikonsumsi oleh warga sekitar. Ada sekitar 200 KK yang mengkonsumsi air dari aliran sumber mata air desa setempat. Air ini kemudian dipipanisasi untuk dialirkan ke rumah-rumah warga.
Sasmiati kini tinggal bersama tiga anaknya, sementara satu anaknya diasuh oleh orang lain sejak kecil, namun kondisi psikologisnya tidak jauh berbeda. Kementerian Sosial RI akan memeriksakan psikologis keluarga Sasmiati. Ini dilakukan untuk mengetahui penyebab dan langkah pengobatan yang akan diambil oleh pemerintah.
"Terimakasih temen-temen wartawan yang sudah memberikan informasi ini," ungkap mantan Walikota Surabaya ini.
Kemensos juga akan memperbaiki rumah semi permanen milik Sasmiati yang nyaris roboh. Ia menargetkan waktu satu minggu untuk rumah ini kembali layak dihuni.
Tidak hanya itu, Kemensos juga akan memberikan bantuan makan sehari dua kali untuk keluarga Sasmiati. Akan ada warga yang diminta untuk memasak dengan nilai makanan Rp 15 ribu setiap porsi. Sehari setiap anggota keluarga akan mendapatkan dua kali makan.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama ini Sasmiati mengandalkan pemberian para tetangga. Kalau ada warga yang memasak banyak pasti memberi. Bahkan setiap orang yang memiliki hajat juga memberikan makanan ke keluarga Sasmiati.
"Ini sudah menjadi kebiasaan warga dan tidak ada yang keberatan," ungkap Mujiadi Kepala Desa Pagerwojo.
Mujiadi menegaskan, bahwa meski keluarga Sasmiati selama ini mengalami keterbelakangan mental, namun tidak pernah menggangu warga sekitar. Hasil pemantauan yang ia lakukan, Sasmiati bisa memasak, namun tidak tahu kapan harus memasak dan saat lapar.
Pihak desa juga sudah memberikan bantuan kambing pada keluarga Sasmiati, namun dijual. Tidak hanya itu, bantuan gawai juga dijual dengan harga yang tidak sesuai harga pasaran.
Dua anak Sasmiati saat ini masih duduk dibangku sekolah. Keduanya sekolah di sekolah luar biasa (SLB) di Kabupaten Blitar. "Ada warga yang mau antar jemput sekolah, tapi kadang ya begitu anaknya tidak mau sekolah," ungkap Mujiadi.
Mujiadi menegaskan bahwa selama ini Sasmiati tidak mendapatkan bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) karena Kartu Keluarga (KK) ikut ibunya. Sementara pada 2020 lalu, ibunya ke Kalimantan tanpa mencabut berkas PKH yang selama ini mendapat bantuan di Blitar.
Pihak desa juga beberapa kali membuatkan KTP Elektronik, namun selalu hilang. Pada 2022 lalu KTP Elektronik Sasmiati dan anak pertamanya dibuat pihak desa, namun hilang. "Kalau kami bawakan KTPnya tidak boleh, tapi kalau dibawa sendiri hilang," ujarnya.
Keluarga Sasmiati sempat viral di laman pemberitaan media, karena satu keluarga keterbelakangan mental. Selain itu, keluarga ini juga tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Editor : Robby Ridwan
Artikel Terkait