BLITAR, iNewsBlitar - Saat kita kangen pada makanan dan minuman tempo dulu, seperti pecel punten, kicak, cenil, brojol semua ada di Blitar Djadoel. Gelaran UMKM selama lima hari ini menyediakan aneka olahan makanan tempo dulu.
Ada ratusan penjual makanan tempo dulu yang memadati alun-alun Kota Blitar. Selain makanannya tempo dulu, para penjualnya juga menggunakan pakaian tempo dulu dari berbagai daerah seperti khas Jawa Timuran, khas Sumatera, Betawi, dan berbagai daerah lainnya.
"Ornamen dan model bangunan lapaknya mengingatkan kita pada Indonesia tempo dulu," ungkap Azis salah satu pengunjung Blitar Djadoel.
Pameran UMKM ini merupakan even tahunan yang diselenggarakan pemerintah Kota Blitar melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Blitar. Event ini diikuti oleh seluruh instansi pemerintah yang ada di Kota Blitar dan pelaku UMKM yang ada di Kota Blitar.
Warga Memadati Bazar Blitar Djadoel di Alun-alun Kota Blitar
Sementara itu, Walikota Blitar, Santoso mengatakan Basar Blitar Djadoel bukan hanya hiburan, tetapi spirit character building sesuai isi Tri Sakti Bangsa Indonesia yang berkepribadian dalam bidang kebudayaan.
"Biar kita tidak lupa jiwa ke Indonesia dan seperti orang Jawa tidak lupa Jawanya,'' ungkap Santoso.
Even Blitar Djadoel ini juga salah satu upaya masyarakat Kota Blitar menjaga budaya pendahulu yang adi luhur. Even ini dikemas tempo dulu mulai makanan, pakaian, dan konsep stand bangunannya untuk memberikan literasi pada masyarakat.
"Ekonomi yang kreatif seperti ini merupakan langkah pemulihan ekonomi pasca pandemi, wujud optimisme pasca pandemi," tegas Mantan Kepala Dinas Kota Blitar ini.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy yang menghadiri Blitar Djadoel melihat tidak hanya mengunjungi stan pameran, namun juga pertunjukan kesenian khas Kota Blitar, seperti Barongan Kucingan.
Warga Nampak Menikmati Suasana dan Kuliner di Bazar Blitar Djadoel
"Pertunjukannya memiliki level nasional performance harus sering ditampilkan di Ibukota Jakarta, biar semakin terkenal," ungkapnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyatakan , pertunjukan yang disuguhkan akan merugi jika hanya ditampilkan di Kota Blitar. "Coba kalau ditampilkan di Bundaran HI yang nonton pasti banyak, meski pernah tampil di Taman Mini, kalau di Taman Mini yang nonton terlalu ekslusif," ujarnya.
Gelaran Blitar Djadoel ini merupakan kegiatan pembangunan perekonomian yang mandiri dan berbasis ekonomi kerakyatan, dan menyangkut hajat hidup orang banyak.
Menurutnya, saat ini tingkat ketimpangan ekonomi di Indonesia masih tinggi. Ada orang terkaya nomor lima dunia di Indonesia, namun ada juga warga negara yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Gerakkan UMKM seperti ini menjadi jalan untuk menumbuhkan perekonomian di masyarakat. "Jangan belanja impor, belanja dari kreator orang Blitar sehingga distribusi kekayaan bisa berputar di masyarakat keseluruhan Kota Blitar," tegasnya.
Kegiatan seperti ini layaknya cita-cita Bung Karno untuk membentuk bangsa yamg mandiri di bidang ekonomi. "Kota Blitar Kota Bung Karno punya tanggung jawab mewujudkan ini," ungkapnya.
Adanya kegiatan yang bertemakan tempo dulu seperti ini menjadi pelecut bahwa Bangsa ini memiliki peradaban yang tinggi. Ia berharap warga masyarakat tidak larut melihat masa lalu, namun Blitar Djadoel sebagai kaca benggala untuk melihat Blitar di masa depan.
Editor : Robby Ridwan
Artikel Terkait