JAKARTA, iNewsBlitar – Musisi tanah air Nomo Koeswoyo tutup usia. Nomo yang pernah menjadi penggebuk drum grup musik legendaris Koes Bersaudara dikabarkan meninggal dunia pada Rabu malam (15/3/2023) di Magelang, Jawa Tengah.
“Telah berpulang ke rahmatullah Ayahanda kami/Kakak, Pakde, Paklek, Akung kami, Koesnomo Koeswojo Bin Koeswoyo pada Rabu, 15 Maret 2023, pukul 19.30 Wib di Magelang,” tulis akun IG official.sarikoeswoyo Rabu malam (15/3/2023).
Nomo lahir 21 Januari 1938 di Tuban, Jawa Timur. Ia merupakan putra kelima dari sembilan bersaudara pasangan Koeswojo dan Atmini.
Di antara saudara-saudaranya, yakni Koesdjono (Djon), Koesdini (Dien), Koestono (Tony), Koesjono (Yon), Koesrojo (Yok), Koestami (Miyiek), dan Koesmurni (Nienuk), Nomo terkenal paling berani sekaligus bandel.
Sejak remaja sudah terang-terangan memperlihatkan sikap menolak kuliah. Usai tamat bangku SMP XI dan SMA Taman Madya Jakarta, Koeswoyo ingin melihat anaknya menyandang gelar sarjana.
Namun suami Francise Koeswojo atau Meis itu lebih memilih bekerja. Nomo berpandangan, yang bisa mengukur kemampuan otaknya adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.
Tentu saja Koeswojo tidak mengizinkan, namun Nomo nekat melawan dan memilih berkelana ke Surabaya, Medan dan sejumlah kota besar lainnya.
“Nomo dianggap anak paling nakal di keluarga Koeswojo. Dia mendapat julukan Crossboy,” demikian dikutip dari buku Jurnalisme Sastrawi, Antologi Liputan Mendalam dan Memikat (2005).
Nomo Koeswoyo sejak awal terlibat di dalam Koes Brothers yang kemudian bersalin nama Koes Bersaudara. Pada tahun 1962, Koes Bersaudara pertama kali rekaman di perusahaan rekaman PT Irama, Cikini Jakarta.
Di awasi langsung oleh musisi Jack Lesmana (ayah musisi Indra Lesmana), sebanyak dua belas lagu direkam dalam piringan hitam. Kedua belas lagu itu di antaranya lagu Senja, Bis Sekolah, Telaga Sunyi, Weni dan Terpesona.
Djon memegang gitar bas, Tony pegang melody, Yon sebagai vocal dan Jan memegang gitar. Jan yang dimaksud adalah Jan Mintaraga yang kelak lebih dikenal sebagai pelukis komik.
Sementara karena dianggap belum mahir menggebuk drum, Nomo dibantu Iskandar, tetangga mereka. Album piringan hitam Koes Bersaudara pertama kali diluncurkan bersamaan acara Ganefo (Games of the New Emerging Forces) tahun 1963 di Jakarta.
Lagu-lagu Koes Bersaudara sontak mengudara di RRI dan radio milik Angkatan Udara. Duet suara Yon dan Yok mengingatkan pada popularitas grup musik Inggris Everly Brothers dan Kalin Twin.
Setelah rekaman pertama, Djon memilih keluar dari Koes Bersaudara. Dengan tabungan yang dimiliki ia memboyong keluarganya ke Tuban Jawa Timur. Djon banting setir menjadi nelayan.
Sekitar tahun 1969, Nomo Koeswoyo juga ikut keluar dari grup Koes Bersaudara. Posisinya sebagai penabuh drum digantikan Murry dan sejak itu Koes Bersaudara berganti nama Koes Plus.
Nomo mendirikan grup musik No Koes dan Nobo, serta bersolo karir. Ia juga mendirikan studio rekaman Yukawi dan Lieman. Pada tahun 1984 Nomo sempat bergabung lagi dengan saudara-saudaranya.
Bergabungnya Nomo Koeswoyo setelah membubarkan studi rekamannya menghasilkan album Kembali. Sepanjang sejarahnya, Koes Plus (dan Koes Bersaudara) telah menghasilkan sebanyak 450 lagu.
Dan sebagian besar lagu Koes Plus hit di jamannya. Nomo Koeswoyo, salah satu mantan personil Koes Plus atau Koes Bersaudara itu kini telah berpulang. Nomo akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta.
Di akun IG official.sarikoeswoyo, Sari Koeswoyo mewakili keluarga menyatakan permintaan maaf atas kesalahan sang musisi.
“Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan Almarhum. Semoga Almarhum husnul khotimah dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan semoga kami keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan”.
Editor : Solichan Arif
Artikel Terkait