JAKARTA, iNewsBlitar – Gara-gara lukisan, pelukis Basoeki Abdullah pernah berselisih panjang dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Raja Yogyakarta.
Ceritanya, Basoeki terobsesi bisa melukis Sultan Hamengkubuwono IX. Basoeki Abdullah ingin membebaskan diri dari jebakan pelukis pesanan. Pelukis yang hanya berkarya untuk memenuhi orderan orang lain.
Sebagai seniman berjiwa bebas sekaligus pelukis potret berkeahlian, Basoeki ingin melukis tokoh-tokoh yang ia pilih sendiri. Tokoh-tokoh yang sesuai menu seleranya sendiri.
Tentu saja sebagian besar orang yang dijadikan model lukisannya merasa gembira. Apalagi setelah jadi, lukisan lantas diberikan cuma-cuma kepada si model bersangkutan.
Namun tidak semua figur publik ternyata mengiyakan keinginanya. Ternyata ada juga yang menolak menjadi model lukisan potretnya. Salah satunya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sejak tahun 1950, Basoeki memendam hasrat besar bisa melukis Sri Sultan. Ia berharap figur Sri Sultan terabadikan di permukaan kanvasnya. Semakin lama hasrat itu makin membesar
Namun Raja Yogya itu seolah selalu menghindar. Dalam buku Basoeki Abdullah Sang Hanoman Keloyongan (2015), berkali-kali Basoeki mengajukan permohonan kepada Sri Sultan, namun selalu ditolak.
Basoeki tidak begitu mengerti. Sri Sultan merupakan sahabatnya sewaktu kecil. Namun kenapa menjadi model lukisannya tak pernah mau. Di sisi lain sudah banyak tokoh dunia yang berharap bisa dilukisnya.
Bahkan Pangeran Bernhard, suami Ratu Juliana pernah diam-diam datang ke studio Basoeki Abdullah pada 18 Oktober 1984, hanya untuk menjadi modelnya.
Ada tiga orang figur yang menjadi obsesi Basoeki Abdullah untuk dijadikan modelnya. Jika tiga orang itu berhasil menghiasi kanvasnya, yakni salah satunya Sri Sultan, ia akan merasa tenang.
“Ada tiga orang yang terus saya buru dengan sangat serius selain Sultan Hamengku Buwono. Mereka adalah Kaisar Hirohito dan Paus Yohanes Paulus II. Bila semua itu sudah saya lukis langsung, saya boleh pamit dari dunia ini,” kata Basoeki seperti dikutip dari buku Basoeki Abdullah Sang Hanoman Keloyongan.
Entah apa yang terjadi, Sri Sultan akhirnya mau dilukis. Raja Yogyakarta itu bersedia menjadi model lukisan Basoeki Abdullah. Sultan bahkan yang mendatangi studio Basoeki dengan didampingi Norma, istrinya.
Peristiwa bersejarah itu berlangsung pada Selasa Kliwon 13 Januari 1987. Sri Sultan dilukis dua kali. Pada kanvas pertama yang berukuran 160 x 120 cm, Sultan dilukis dengan mengenakan pakaian Raja Jawa.
Pada kanvas yang kedua, Sri Sultan dilukis berdampingan dengan Norma, istrinya. Selama melukis, Basoeki diam-diam mencoba mencari tahu alasan Sri Sultan yang sebelumnya selalu menolak menjadi model lukisannya.
Ia mendapat bocoran samar yang tersirat, Sri Sultan merasa sakit hati dengan dirinya. “Sakit hati politis” itu muncul sejak tahun 1947. Saat Sultan berjuang keras memimpin perang menghadapi Agresi Militer Belanda I di Yogyakarta dan Agresi Militer Belanda II tahun 1949, Basoeki malah berpesta di Belanda.
Basoeki asyik mengikuti lomba melukis penobatan Putri Juliana sebagai Ratu. Hal itu yang membuat Sri Sultan merasa kecewa. Basoeki bisa menerima alasan kekecewaan itu. Dan lukisan Sri Sultan pun selesai sesuai dengan rencana. Namun tak disangka, beberapa hari kemudian muncul persoalan baru.
Norma tidak sengaja menemukan kuitansi berstempel Studio Basoeki Abdullah di dalam kantung jas Sultan. Kuintasi itu menuliskan bandrol kedua lukisan. Sontak Sri Sultan dan Norma gusar karena merasa ditagih.
Norma, istri Sri Sultan menyatakan sejak awal tidak pernah meminta dilukis. Mereka bersedia jadi model lantaran untuk memenuhi keinginan Basoeki Abdullah.
Pihak Studio Basoeki Abdullah menjelaskan, kuitansi itu hanya untuk karya yang melukiskan Norma, istri Sri Sultan. Sebab hasrat utama Basoeki Abdullah hanya melukis Sri Sultan, bukan yang lain. Untuk menjelaskan polemik yang terjadi, Basoeki sampai sowan, menemui Sri Sultan.
“Ya, saat di depan Sultan yang saya temui di Bogor, saya berkata hanya ingin melukis Kanjeng Sultan,” kata Basoeki yang juga sudah lama mengenal Norma.
Penjelasan Basoeki Abdullah kurang diterima Sri Sultan dan Norma, istrinya. Dalam buku Basoeki Abdullah Sang Hanoman Keloyongan, dikatakan perselisihan pun berlanjut sampai Basoeki dan Sultan tutup usia.
Editor : Solichan Arif
Artikel Terkait