BLITAR, iNewsBlitar - Ada yang unik dari peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77 di Kota Blitar, Jawa Timur. Sekitar 200-an orang warga lingkungan Sumberblimbing, Kelurahan/Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar menggelar upacara 17 Agustus dengan mengenakan baju sesuai profesi masing-masing.
Warga yang bekerja sebagai petani, memakai baju serta atribut petaninya. Begitu juga dengan para kuli bangunan, pedagang kecil, hingga pensiunan guru dan TNI, juga mengenakan pakaian dengan ciri profesi masing-masing. Sedangkan anak sekolah mengenakan seragam sekolah sesuai tingkat pendidikan.
“Yang petani memakai caping petani, sedangkan yang kuli bangunan mengenakan helm proyek. Namun banyak juga yang memakai baju jadoel (jaman doeloe),” tutur Wahid Irfan selaku Ketua Panitia Upacara 17 Agustus kepada MPI Rabu (17/8/2022).
Upacara 17 Agustus melibatkan hampir seluruh warga di wilayah enam RT dan tiga RW. Jumlahnya, kata Irfan sekitar 200-an orang. Upacara kemerdekaan mengambil tempat di sebuah lapangan volley, di mana agar sama dengan Proklamasi Kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta 77 tahun lalu, waktu dimulai tepat pukul 10.00 Wib.
Gito Yuwono, seorang pensiunan guru didaulat sebagai inspektur upacara. Sedangkan Sutrisno, seorang pensiunan TNI terpilih sebagai pembaca teks Proklamasi Kemerdekaan. Sutrisno mengenakan jas lengkap peci hitam, seperti halnya dandanan Bung Karno saat mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan.
“Sementara sebagai komandan upacara dipilih warga berlatar wiraswasta,” terang Irfan. Menurut Irfan, persiapan menggelar upacara 17 Agustus dengan baju profesi masing-masing baru pertama kalinya dilakukan.
Dalam musyawarah persiapan, kata Irfan, banyak warga yang mengungkapkan rasa kangennya dengan upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Sebab karena pandemi Covid-19, dua kali upacara hari kemerdekaan sebelumnya, digelar dengan jumlah peserta terbatas.
“Karenanya pada upacara kemerdekaan kali ini hampir seluruh warga ikut. Mulai dari anak-anak berumur 4 tahun hingga orang tua yang usianya di atas 80 tahun,” kata Irfan.
Irfan juga menambahkan, demi upacara peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77, pada hari ini warga bersepakat untuk libur dalam satu hari. Mereka sepakat tidak bekerja.
Biasanya, karena karena memang bekerja sebagai petani, meski tanggal merah warga tetap pergi ke sawah untuk bercocok tanam. Begitu juga yang kuli bangunan atau pedagang kecil, tetap bekerja sesuai prefesi masing-masing.
“Khusus hari ini warga bersepakat tidak bekerja dan sepenuhnya merayakan peringatan Hari Kemerdekaan. Secara tidak langsung, upacara yang digelar ini semakin merekatkan hubungan atau kerukunan antar warga desa,” pungkasnya.
Editor : Solichan Arif
Artikel Terkait