Tapi Diponegoro tak pernah menjadikan meminum anggur sebagai kebiasaan yang berlebihan. Diponegoro mempunyai tafsir sendiri soal larangan minum anggur putih manis dalam Islam, dan berpendapat bahwa meminum anggur putih yang diberikan orang Eropa tidak bertentangan dengan Alquran. Mengingat orang Eropa meminum anggur putih yang manis itu sebagai obat penawar bila mereka mabuk anggur merah. Untuk makanan kesukaan Diponegoro, dia memiliki selera yang selektif.
Selama satu minggu, yang ia habiskan di kediaman Residen Semarang, di tengah perjalanan menuju Batavia, Diponegoro menyukai roti putih yang dipanggang setiap hari di dapur Keresidenan Bojong. Dia juga terbiasa dengan menu kentang Belanda yang menurut bahasa pelesetan punakawannya, Joyosuroto (roto) kentang sabrang, atau kentang pengasingan, yang dimakan dengan sambal dan keripik singkong. Kebiasaan ini pernah dilakukan Diponegoro dalam makan sehari-harinya selama perjalanan laut ke Batavia, pada 5-8 April 1830, Manado 3 Mei-12 Juni 1830, dan Makassar pada 20 Juni-11 Juli 1833. iNews Blitar
Editor : Edi Purwanto