SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT. Kerajaan ini berdiri di Mojokerto, Jawa Timur pada 1293 M. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terbesar yang pernah ada dalam sejarah panjang Nusantara. Puncak kejayaan dicapai ketika kerajaan tersebut berada di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk, bersama tangan kanannya yang setia, Patih Gajah Mada.
Pada masa itu, kedudukan patih setara dengan perdana menteri atau gubernur sekarang. Jika berkaitan dengan Majapahit, maka nama patih yang selalu disebutkan adalah Gajah Mada.
Baca Juga: Mengenal Ra Kuti, dari Kasta Terendah hingga Berhasil Gulingkan Raja Jayanagara
Tidak semua sukses seperti Patih Gajah Mada. Kerajaan Majapahit juga memiliki beberapa patih lain yang tak kalah setia. Berikut ini adalah beberapa patih yang dimiliki Kerajaan Majapahit selain Patih Gajah Mada:
1. Nambi
Ketika Majapahit pertama kali didirikan, kerajaan tersebut dipimpin oleh Raden Wijaya. Bersamaan dengan itu, dia mengangkat Nambi sebagai Patih pertama.
Dikisahkan dalam Pararaton, Nambi adalah putra Arya Wijaya dari Sumenep, penasihat Kerajaan Singasari. Dia selalu mengabdi pada Raden Wijaya untuk membantunya dalam setiap pertempuran, hingga berhasil mendirikan kerajaan.
Nambi adalah sosok yang cerdas dan intelek sehingga Raden Wijaya mempercayainya sebagai seorang maha patih. Nambi diberi gelar sebagai Patih Amungku Bhumi.
Dalam Pararaton dan Nagarakretagama, disinggung bahwa Nambi mati pada 1316 akibat sosok bernama Mahapati. Kala itu, pemerintahan dipegang oleh Jayanegara setelah Raden Wijaya turun takhta.
Nambi izin pulang ke kampungnya di Lamajang (Lumajang) karena sang ayah sakit keras. Namun, dia justru difitnah akan melakukan pemberontakan.
Tuduhan yang dilayangkan Mahapati itu membuat perang antara Nambi dan pasukan Majapahit tak bisa dielakkan. Akhirnya, Nambi dan keluarga mati dalam benteng pertahanannya.
2. Mahapati Halayudha
Rasa iri dengki dan ambisi menjadi mahapatih Majapahit mendorong Mahapati melakukan serangkaian tindakan licik, seperti fitnah, menghasut, hingga adu domba. Salah satu bukti kelicikannya terjadi pada pemberontakan Ranggalawe pada 1309.
Saat itu, Jayanegara baru saja naik takhta menggantikan Raja Raden Wijaya. Mahapati menghasut Ranggalawe untuk menentang Nambi sebagai patih. Di sisi lain, Mahapati menghasut Nambi agar membalas pemberontakan Ranggalawe.
Adu domba itu menyebabkan pecah perang saudara pertama di Majapahit. Kematian Nambi juga tak luput dari mulut berbisa Mahapati.
Namun, kebusukan yang disimpannya tak bertahan lama. Pada pemberontakan Kuti 1319, yang berhasil ditumpas Gajah Mada, terbongkar borok Mahapati. Akhirnya, Mahapati pun dihukum mati dengan cara cineleng celeng, yang berarti dicincang sadis seperti babi hutan.
Sebenarnya tidak ada prasasti yang secara gamblang menyebutkan nama asli Mahapati. Sejarawan Slamet Muljana menyebutkan bahwa Mahapati adalah Mahapatih Dyah Halayudha.
Tertulis dalam Prasasti Sidateka tahun 1323, Dyah Halayudha diangkat sebagai patih menggantikan Nambi. Hal ini cocok dengan ambisi Mahapati untuk menjadi Mahapatih Majapahit.
3. Gajah Enggon
Usai Perang Bubat, Hayam Wuruk bersedih atas kematian Dyah Pitaloka, dan Gajah Mada memutuskan mengundurkan diri sebagai mahapatih. Kekosongan posisi itu membuat Hayam Wuruk melakukan sidang Dewan Sapta Prabu dan mentapkan Gajah Enggon sebagai Mahapatih Majapahit selanjutnya.
Namun, tertulis dalam Kakawin Nagarakretagama, Gajah Enggon disebut tidak bisa meneruskan kekuasaan yang telah dibuat Gajah Mada. Semasa pemerintahannya, Majapahit terus terperosok ke dalam kekacauan tidak berkesudahan.
Tidak seperti Gajah Mada, Gajah Enggon terlalu lembek dan tidak tegas.
Dalam buku Darmawulan, keraguannya memicu perang saudara Paregreg yang terjadi pada 1404 – 1406. Perang ini terjadi antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi selaku kedua putra Hayam Wuruk. Perang inilah yang menyebabkan kerajaan Majapahit mengalami masa kehancuran.
Dilansir dari berbagai sumber/Alifia Nur Faiza/Litbang MPI
Editor : Edi Purwanto