JAKARTA,iNewsBlitar.id - Polemik di masyarakat timbul akibat pernyataan Ustaz Khalid Basalamah yang menyinggung soal wayang. Khalid Basalamah kemudian dijadikan karakter dalam pagelaran wayang kulit yang diadakan di Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman milik Gus Miftah.
Dalam video pertunjukan wayang kulit yang diunggah di kanal Youtube Gedang Mas berjudul 'Dalang Menggugat_ Wayang Haram? Gus Miftah Terbaru 2022', Muncul Karakter mirip Ustaz Khalid Basalamah. Karakter ini dibuat menggenakan peci dan berkalung kain putih di leher.
Saat awal memunculkan karakter wayang yang mirip Ustaz Khalid Basalamah ini, sang dalang mengucapkan kalimat astagfirullah, masyaAllah. "Dimusnahkan," ucap sang dalang yang seolah-olah disampaikan oleh karakter wayang Basalamah. Adegan ini pun langsung disambut gelak tawa para penonton.
Dalam adegan lanjutan, karakter Khalid Basalamah bertemu dengan Gatotkoco. "Saya tidak tahu Gatotkoco itu apa? makanan apa?," kata wayang Khalid Basalamah. "Makanan apa, ndasmu kuwi," jawab Gatotkoco yang lagi-lagi disambut gelak tawa penonton.
Salah satu adegan juga memperlihatkan wayang Khalid Basalamah bertemu dengan Prabu Baladewa. Prabu Baladewa murka dengan pernyataan Khalid Basalamah soal wayang. Ia pun meluapkan amarah dengan memukuli Khalid Basalamah dan menginjak-injaknya. "Bajingan kowe," kata Prabu Baladewa.
Sebelum pertunjukan wayang, Gus Miftah mengaku banyak ditelepon wartawan yang menanyakan tujuan pagelaran wayang di pesantrennya. Menurutnya, ia ingin semua orang tidak terprovokasi dengan perbedaan pendapat soal apakah wayang haram atau tidak dan layak dimusnahkah atau tidak.
"Wayang itu langgeng (abadi) atau musnah, tergantung awake dewe (kita sendiri), wong (orang) Indonesia. Arep dipertahankan koyo opo, ora ono sing nanggap yo modar (mau dipertahankan seperti apa pun, kalau tidak ada yang nanggap ya musnah," katanya.
Gus Miftah mengajak semua orang untuk peduli kepada seniman dengan menjaga wayang bersama-bersama. Jangan sampai 20-30 tahun ke depan, anak cucu tidak kenal dengan budaya sendiri.
Dalam sambutannya, Gus Miftah juga membacakan pernyataan sikap yang mirip puisi. Berikut ini pernyataannya:
Begitu pandai iblis itu menyematkan imamah dan jubah dengan warna putih,
Seakan begitu suci tanpa noda, dengan menghitamkan yang lainnya.
Haruskan kuda lumping diganti dengan unta lumping,
Atau haruskah gamelan diganti dengan rebana,
Pohon kelapa diganti dengan pohon kurma,
Dan haruskan nama Nabi Sulaeman diganti karena mirip kata-kata Jawa.
Betapa luas iblis itu menghamparkan hijab dari kekerdilan otaknya Hingga menutupi sinar matahari junjungan kita sebagai Nabi alam semesta bukan nabi orang Arab saja.
Haruskah wayang diganti tentang film-film tentang cerita agama produk asing,
Yang membiayai setiap jengkal pemberontakan atas nama agama?
Kamu siapa? Aku tahu jenggotmu panjang tapi belum tua,
Wajar tak tahu budaya, tak tahu tata krama,
Bagiku lebih nyaman pakai blankon dan ikat kepala dari taplak meja
Sebagai wujud kerendahan hati dan ketawadukan belaka
Karena jubah, imamah, dan jenggot panjang adalah penampilan bendoro atau raja
Sedang aku hanya hamba jelata, tak pantas dengan pakaian bendoro dan raja
Karena pintu surga ini hanya tersisa dan terbuka bagi yang rendah dan tawaduk hatinya.
iNewsBlitar.
Editor : Edi Purwanto