BLITAR,iNewsBlitar- Raja Dyah Tulodhong merupakan penguasa Kerajaan Mataram Kuno pada era Dinasti Sanjaya.
Rakai Layang Dyah Tulodhong naik tahta setelah menggantikan Raja Mpu Daksa.
Sebagaimana yang tercatat dalam buku “Babad Tanah Jawi” karya Soedjipto Abimanyu, Raja Dyah Tulodhong terkenal dengan kebijakannya dalam pengendalian banjir.
Dyah Tulodhong berusaha menghentikan banjir yang kerap menerjang ibu kota kerajaan dengan membangun sejumlah bendungan.
“Prasasti Harinjiing tanggal 19 September 912 menyebutkan pengukuhan anugerah bagi anak-anak Bhagawanta Bhari yang berjumlah 12 orang yang tersebar di mana-mana”.
Bhagawanta Bhari merupakan pelaksana proyek pembangunan bendungan di era Raja Dyah Tulodhong. Pada masa Raja Mpu Daksa, Bhagawanta Bhari juga pernah mendapat anugerah serupa.
Prasasti Lintakan menyebut, pada masa Raja Dyah Tulodhong, Mpu Sindok menjabat sebagai Rakryan Halu.
Sementara Mpu Ketuwijaya yang bergelar Sri Ketudhara Manimantaprabha Prabhusakti menjabat sebagai Rakryan Mahapatih Hino.
Pada masa Dyah Tulodhong Kerajaan Mataram Kuno mencapai masa gemilangnya.
Kekuasaan raja pembangun bendungan itu berakhir setelah Rakai Sumba Dyah Wawa melakukan kudeta.
Ironisnya pemberontakan Dyah Wawa diam-diam mendapat sokongan kekuatan dari Rakryan Halu Mpu Sindok.
Editor : Solichan Arif