get app
inews
Aa Read Next : Kapan Puasa Syawal Dilakukan? Berikut niat, dan Tata Cara Puasa Syawal, Simak sampai Habis

Sepenggal Kisah Soekarno Muda, Jadi Pekerja Outsourcing di Stasiun Semut Surabaya

Minggu, 12 Juni 2022 | 12:25 WIB
header img
Foto Soekarno saat sekolah di HBS Surabaya. (istimewa).

Sosok Soekarno menjadi daya tarik tersendiri bagi Inisiator Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo. Menurutnya, Bapak Pemersatu Bangsa itu lekat dengan Kota Surabaya, khususnya dengan kawasan Peneleh yang menjadi saksi bisu lahirnya Presiden Republik Indonesia (RI) Pertama. Dalam Sarasehan Kebangsaan, Memperingati Hari Lahir Bung Karno bertajuk "Warisi Apinya, Jangan Abunya" yang digelar di Gedung Merah Putih, Kompleks Balai Pemuda itu, Kuncarsono menjelaskan, kelekatan Presiden RI ke-1 itu dengan Kota Pahlawan, berdasarkan buku berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Mulanya, berawal dari kedua orang tua Soekarno yakni, Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai yang menjalin hubungan sebagai seorang sepasang kekasih hingga akhirnya menikah pada tahun 1897. "Saat itu, Sukemi (Sosrodihardjo) dan Srimben (Ida Ayu Nyoman Rai) bertemu di Singaraja, Bali. Ketika itu, Sukemi menjadi seorang guru PNS yang ditugaskan di sana, kemudian saling kenal dan suka," kata Kuncar sapaan akrab Kuncarsono, Sabtu (11/6/2022). 

Benih-benih cinta itu muncul, karena indekos Sukemi dengan Puri Agung Singaraja atau kediaman Srimben kala itu jaraknya yang tidak begitu jauh, bahkan sejalur dengan tempat ayah Sukarno itu pergi dan pulang mengajar. Meskipun ada rasa saling suka hubungan keduanya tidak mendapatkan restu karena, Srimben merupakan keturunan ningrat kerajaan Singaraja. 

 "Karena Srimben adalah keturunan ningrat tinggi, sedangkan Sukemi bukan dari keluarga ningrat, sehingga ditolak oleh keluarga pujaan hatinya. Pada saat itu lah ia (Sukemi), tetap mengajak Srimben menikah," kata Kuncar.  Setelah menikah, Sukemi dan Srimben pun dikaruniai anak pertama pada 29 Maret 1898. Anak pertama berjenis kelamin perempuan itu mereka beri nama Sukarmini.

Setelah itu, di tahun 1899, keluarga kecil ini pindah dari Bali ke Surabaya, seiring adanya surat pindah tugas dari Kementerian Pendidikan kalau itu.  Setelah pindah dari Bali ke Surabaya, Sukemi mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) sekolah Belanda untuk bumiputera di Jalan Sulung, atau sekarang SDN Alun - Alun Contong I, Surabaya. Selang setahun kemudian, pada 6 Juni 1901, Srimben melahirkan anak keduanya, Kusno (Soekarno).

Editor : Edi Purwanto

Follow Berita iNews Blitar di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut