"Beliau (KRT Wiroyudo) adalah keturunan Majapahit yang akhirnya menyebarkan agama Islam di Gunungkidul. Saya tidak mengetahui secara pasti kapan Al-Quran tersebut disusun, saya hanya merawatnya,"ujarnya. Jayani mengaku sebelumnya ia merantau di Jakarta. Setelah kembali ke Gunungkidul tahun 1997, ia mulai merawat Al-Quran peninggalan kakek buyutnya tersebut.
Di tahun 1997 itulah, ia kembali ke kampung halamannya sudah mendapati Al-Qur'an tulisan tangan tersebut sudah seperti sekarang ini, yaitu tanpa sampul dan mulai rapuh. Al Qur'an tersebut sejatinya milik Muhammad Ihsan, putera dari KRT Wiroyudo. Di waktu kecil, Muhammad Ihsan dan saudaranya, Hasan disekolahkan di Arab Saudi selama beberapa tahun.
Keduanya menuntut ilmu di Arab Saudi dan akhirnya kembali ke Indonesia. Sekembalinya ke Indonesia, keduanya membantu KRT Wiroyudo menyebarkan agama Islam di daerah Wonosari. KH Muhammad Hasan berada di Tepus dan KH Muhammad Ihsan terus berada di Ponjong. KH Muhammad Ihsan mendekati raja di Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dengan mengabdi sebagai abdi dalem.
Kemudian karena jasanya tersebut, KH Muhammad Ihsan diberi tanah Merdikan sekitar 1 hektare di Padukuhan Wonojoyo yang kini salah satu bagiannya berdiri masjid Jami'. Masjid tersebut didirikan tahun 1820. "Dulunya, Al Qur'an tersebut diberikan kepada Muhammad Ihsan untuk pembelajaran agama Islam," paparnya.
Editor : Edi Purwanto