Logo Network
Network

Kisah Orang-orang “Gelap” Blitar, Dari Kusni Kasdut Hingga Samanhudi Anwar

Arif
.
Sabtu, 28 Januari 2023 | 11:40 WIB
Kisah Orang-orang “Gelap” Blitar, Dari Kusni Kasdut Hingga Samanhudi Anwar
Kisah orang-orang "gelap" asal Blitar selain mantan Wali Kota Blitar Samanhudi Anwar (foto/ist)

BLITAR, iNewsBlitar - Mantan Wali Kota Blitar Muh Samanhudi Anwar bukan satu-satunya sosok asal Blitar yang memiliki sepak terjang kontroversial.

Samanhudi Anwar ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim Jumat (27/1/2023) atas dugaan sebagai otak perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar Santoso pada 12 Desember 2022.

Samanhudi dibekuk di sebuah lapangan futsal di Kota Blitar dan langsung digelandang ke Mapolda Jatim. Samanhudi Anwar bukan satu-satunya sosok asal Blitar dengan sepak terjang yang menghebohkan publik.

Berdasarkan memori masyarakat Blitar, ada sejumlah sosok “pendahulu” yang sepak terjangnya juga menggemparkan publik. Berikut di antaranya:

1.Kusni Kasdut

Nama Kusni Kasdut pernah membuat heboh publik yang hingga kini terus dikenang. Kusni tidak hanya populer di kalangan masyarakat Blitar, tapi juga secara nasional.

Nama Kusni Kasdut dikenal sebagai penjahat besar setelah bersama timnya nekat merampok Museum Nasional Jakarta. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1963.

Kusni dikenal bernyali sekaligus licin. Saat hendak ditangkap di Semarang, Jawa Tengah, ia melawan dan seorang polisi tewas tertembak. Sejak itu Kusni Kasdut menjadi penjahat yang paling dicari.

Aksi kejahatannya tak berhenti. Ia menculik seorang dokter di Surabaya dan kepada keluarga si dokter dimintanya uang tebusan. Ia merampok seorang miliader keturunan Arab di Jakarta dan membuat si miliader tewas.

Kusni Kasdut tertangkap berulangkali. Namun berkali-kali pula berhasil kabur dari penjara yang membelenggunya. Penjara Semarang, Kalisosok Surabaya, dan Cipinang Jakarta, dengan mudah diterobosnya.

Kepada polisi yang menangkapnya Kusni Kasdut selalu mengaku berasal dari Blitar. Ia mengatakan lahir di Desa Jatituri, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar pada akhir tahun 1929.

 

Dalam buku “Kusni Kasdut”, Parakitri menulis, Kusni Kasdut bukan berasal dari Blitar dan Malang. Kusni lahir di Desa Bayan Patikrejo Kabupaten Tulungagung. Kendati demikian publik terlanjur lebih mempercayai Kusni Kasdut berasal dari Blitar.

 

Yang tidak banyak diketahui, pada peristiwa 10 November 1965 di Surabaya, Kusni Kasdut ikut berjuang di garda depan. Ia juga berjuang pada saat agresi Militer Belanda.

 

Petualangan Kusni Kasdut sebagai penjahat besar akhirnya berakhir. Setelah Presiden Soeharto menolak grasi yang diajukan, pada 6 Februari 1980 Kusni Kasdut menjalani eksekusi hukuman mati.

 

2.Sawito

Tak kalah dengan Kusni Kasdut. Sepak terjang Sawito juga menghebohkan tanah air. Sawito dituduh hendak melakukan makar kepada pemerintah Soeharto.

Sawito Kartowibowo lahir tahun 1932 di wilayah Sananwetan, Kota Blitar. Ia berlatar belakang pernah menjadi pegawai negeri sipil di departemen pertanian.

Pada 6 Oktober 1977, Sawito diadili di Pengadilan Negeri Jakarta. Uniknya, gerakan makar yang dituduhkan Sawito dimulai dari laku spiritual dengan mendatangi tempat keramat di nusantara.

Yang bikin heboh adalah adanya dokumen dengan pernyataan “Mundur Untuk Maju Lebih Sempurna”. Sawito mengarahkan dokumennya kepada Presiden Soeharto agar meletakkan jabatan.

Publik juga tersentak ketika gerakan Sawito juga menyeret nama Bung Hatta dan Buya Hamka selaku Ketua Majelis Islam Indonesia. Sawito dibela Yap Thiam Hien secara probono (gratis).

Namun Pemerintah Soeharto melalui Mensesgned Sudharmono menyatakan tegas Sawito hendak menggulingkan Presiden Soeharto dengan cara inkonstitusional. Sawito dituduh menyiapkan gerakan makar mulai 1972 hingga 1976. Pada 18 Juli 1978, Sawito dijatuhi vonis 8 tahun penjara dengan dipotong masa tahanan.

 

3. Muh Samanhudi Anwar

Publik Blitar heboh. Pada Jumat (27/1/2023) mantan Wali Kota Blitar Muh Samanhudi Anwar ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim. Samanhudi ditangkap atas dugaan sebagai otak perampokan di rumah dinas Wali Kota Blitar Santoso pada 12 Desember 2022.

Samanhudi Anwar lahir 8 Oktober 1957 di Blitar. Keluarga Samanhudi, terutama dari garis ayah berasal dari Bangkalan Madura. Samanhudi memulai karir politik dari bawah.

Pada awal reformasi ia mengorganisir simpatisan pendukung Pro Mega dengan membentuk organ Kawulo Alit. Kelak Kawulo Alit menjadi sayap PDI P di Kota Blitar dan berlangsung hingga kini.

Sudah menjadi rahasia umum masyarakat Blitar. Sebelum terjun ke politik, sepak terjang Samanhudi Anwar lebih banyak berada di dunia gelap. Masa lalu Samanhudi lebih banyak menggeluti dunia preman.

Awal karir politik Samanhudi dimulai dari keberhasilannya menjadi anggota DPRD Kota Blitar dan berlanjut menjadi Ketua DPRD Kota Blitar. Pada saat itu Samanhudi menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Kota Blitar.

Pada tahun 2010, Samanhudi Anwar berhasil terpilih sebagai Wali Kota Blitar. Ia menggantikan Wali Kota Blitar Djarot Syaiful Hidayat yang sudah menjalani dua periode pemerintahan.

Pada tahun 2014, Kota Blitar di bawah pemerintahan Wali Kota Samanhudi Anwar mendapat penghargaan sebagai kota dengan laporan keuangan terbaik di Indonesia. Pada tahun 2015 Samanhudi yang berpasangan dengan Santoso kembali terpilih sebagai Wali Kota Blitar.

Pada Februari 2018, Samanhudi Anwar dilaporkan istrinya atas dugaan melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Echa Paramita, wanita asal Semarang yang belum lama ia nikahi, melaporkannya ke kepolisian. Saat cek cok, Echa mengaku telah dipukul dan diseret.

Kasus dugaan KDRT itu ditangani Polda Jatim. Dua tahun sebelumnya atau tahun 2016, mantan istri Samanhudi Anwar yang bernama Yuli membuat testimoni terkait perlakuan Samanhudi kepada dirinya di media sosial. Testimoni berupa rekaman video itu membuat heboh publik, khususnya masyarakat Blitar.

Pada Juni 2018, Wali Kota Samanhudi Anwar terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK atas dugaan kasus suap (gratifikasi) proyek pembangunan sekolah. Pada tahun 2019 Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya menjatuhi vonis 5 tahun penjara. Samanhudi terbukti menerima suap sebesar Rp 1,5 miliar.

Dalam menjalani hukuman, Samanhudi sempat dipindah ke Lapas Blitar. Namun menjelang pilihan kepala daerah (pilkada) Blitar, Samanhudi dilayar ke Lapas Kelas IIA Sragen, Jawa Tengah.

Samanhudi menghirup bebas pada 10 Oktober 2022. Di depan wartawan Samanhudi mengatakan dirinya secara politik telah dizalimi. Karenanya ia mengaku akan melancarkan pembalasan dendam politik.    

Terhitung baru 3 bulan bebas, pada Jumat (27/1/2023) Samanhudi Anwar ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim atas dugaan sebagai otak perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar Santoso.  

Terungkap para pelaku merupakan residivis yang pernah menghuni Lapas Kelas II A Sragen, yakni lapas di mana Samanhudi Anwar pernah menjalani hukuman sebelum bebas. Di Lapas Sragen itu aksi perampokan dirancang.

Menurut keterangan Polda Jatim, Samanhudi Anwar yang telah ditetapkan tersangka, diduga memberikan informasi terkait situasi rumah dinas Wali Kota Blitar.     

Editor : Solichan Arif

Follow Berita iNews Blitar di Google News

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.