RUSIA - Perang Rusia-Ukraina masih berlangsung. Tiba-tiba Kementerian pertahanan Rusia pada Rabu (20/4) mengumumkan hal mengejutkan bagi seluruh publik. Mereka telah melakukan uji peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Sarmat.
Rudal itu ditembakkan dari peluncur silo pada pukul 15:12. waktu Moskow di Plesetsk State Test Cosmodrome di Wilayah Arkhangelsk di Rusia utara menuju lokasi uji Kura di Semenanjung Kamchatka di timur jauh Rusia. Pernyataan kementerian pertahanan mengatakan bahwa pesawat itu mendarat di "area yang ditentukan di Kamchatka."
Kementerian mencatat bahwa setelah menyelesaikan program uji coba, Sarmat akan mulai beroperasi dengan Pasukan Rudal Strategis Rusia. RS-28 Sarmat dirancang untuk menggantikan ICBM Voevoda era Soviet, yang dikenal dengan sebutan NATO SS-18 Satan.
Menurut pernyataan kementerian seperti dikutip oleh kantor berita TASS yang dikelola negara, Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat kepada militer atas keberhasilan uji coba rudal mereka, dengan mengatakan bahwa hal itu akan membuat siapapun yang mencoba mengancam Rusia berfikir kembali.
"Kompleks baru ini memiliki karakteristik taktis dan teknis tertinggi dan mampu mengatasi semua sarana pertahanan anti-rudal modern. Kompleks ini tidak memiliki analog di dunia dan tidak akan lama lagi," katanya.
“Senjata yang benar-benar unik ini akan memperkuat potensi tempur angkatan bersenjata kita, memastikan keamanan Rusia dari ancaman eksternal dan menyediakan bahan pemikiran bagi mereka yang, dalam panasnya retorika agresif yang hiruk pikuk, mencoba mengancam negara kita,” lanjutnya.
Sarmat adalah salah satu senjata yang disebutkan Putin dalam pidato tahun 2018 yang menyombongkan persenjataan baru yang dia katakan akan membuat pertahanan NATO "sama sekali tidak berguna." Kala itu, pejabat Amerika Serikat (AS) mengecilkan ancaman itu.
Menurut Layanan Penelitian Kongres AS, Sarmat adalah ICBM berat baru yang diperkirakan akan dikerahkan Rusia dengan 10 atau lebih hulu ledak pada setiap rudal.
Ini telah dikembangkan selama bertahun-tahun, dan peluncuran uji cobanya tidak mengejutkan bagi Barat, tetapi itu terjadi pada saat ketegangan geopolitik yang ekstrem akibat perang Rusia di Ukraina.iNews Blitar
Editor : Edi Purwanto