KABUL, iNewsBlitar.id - Opium adalah salah satu produk terbesar di dunia dari Afghanistan. Namun seiring pergantian kekuasaan, Taliban melarang penanaman narkotika di Afghanistan. Selama ini, Afghanistan dikenal sebagai penghasil opium terbesar di dunia. Perintah tersebut diumumkan pada konferensi pers oleh Kementerian Dalam Negeri di Kabul, Minggu (3/4/2022). Selain penanaman, produksi, penggunaan atau pengangkutan narkotika lain juga dilarang.
"Sesuai keputusan pemimpin tertinggi Imarah Islam Afghanistan, semua warga Afghanistan diberitahu mulai sekarang, penanaman opium telah dilarang keras di seluruh negeri," perintah dari pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada. Dalam keputusan tersebut, apabila ada warga yang melanggar, maka tanaman akan dimusnahkan. Sementara pelaku akan dihukum sesuai hukum syariah.
Pengendalian narkoba menjadi salah satu tuntutan utama dunia internasional terhadap Taliban yang sedang mencari pengakuan internasional formal untuk mengurangi sanksi yang sangat menghambat perbankan, bisnis dan pembangunan Afghanistan. Taliban melarang tanaman poppy (opium) tumbuh menjelang akhir kekuasaan terakhir mereka pada 2000 karena mencari legitimasi internasional. Sayangnya, mereka menghadapi reaksi keras dan kemudian sebagian besar mengubah pendirian mereka.
Produksi opium Afghanistan yang diperkirakan PBB bernilai 1,4 miliar dolar AS pada puncaknya di tahun 2017, telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Situasi ekonomi afghanistan yang kacau telah mendorong penduduk untuk menanam tanaman terlarang yang dapat memberi mereka keuntungan lebih cepat dan lebih tinggi daripada tanaman legal lain seperti gandum.
Sumber-sumber Taliban mengatakan kepada Reuters, mereka mengantisipasi perlawanan keras dari beberapa elemen dalam kelompok tersebut terhadap larangan opium. Saat ini telah terjadi lonjakan jumlah petani yang membudidayakan opium dalam beberapa bulan terakhir. Seorang petani di Helmand yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir harga opium telah naik lebih dari dua kali lipat karena rumor Taliban akan melarang penanamannya. Namun dia menambahkan dirinya perlu menanam opium untuk menghidupi keluarganya. "Tanaman lain tidak menguntungkan," katanya. iNews Blitar
Editor : Edi Purwanto