MASJID BIRU, saksi bisu perjuangan dakwah Islam Presiden Soekarno di Rusia. Namun tidak hanya itu, terdapat bukti lain yang menunjukkan jejak-jejak Soekarno dalam perkembangan Islam di Rusia. Makam Imam Bukhari, seorang ulama besar yang dikenal oleh seluruh umat Islam saat ini, adalah bukti jejak perkembangan Islam di Rusia.
Dikutip dari Buku Biografi Imam Bukhari karangan Hanif Luthfi yang diterbitkan rumah fiqih publishing disebutkan, Imam Bukhari lahir tepatnya pada 13 Syawal 194 Hijriah atau 21 Juli 810 Masehi di Bukhara atau Buxoro, sebuah daerah di tepi Sungai Jihun, Uzbekistan.
Imam Bukhari wafat pada usia 62 tahun kurang 13 hari pada Jumat malam, bertepatan dengan malam Idul Fitri. Beliau dikebumikan setelah shalat dzuhur pada tahun 256 Hijriah di Desa Khartank yang terletak dekat dengan Samarkand yang kini dikenal dengan nama Uzbekistan.
Penemuan makam penghafal sekaligus penulis hadits Nabi Muhammad SAW termasyhur tersebut tidak lepas dari peran Presiden Soekarno. Hal itu lantaran kedekatan Soekarno dengan pemimpin Uni Soviet saat itu.
Kisah penemuan makam ulama bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari itu berawal ketika pada 1961. Pemimpin Uni Soviet kala itu, Nikita Khrushchev mengundang Soekarno ke Moskow.
Pemimpin berjuluk Putra Sang Fajar itu pun bersedia datang tapi meninggalkan syarat, yaitu Khrushchev harus dapat menemukan makam seorang perawi hadits Nabi Muhammad SAW, Imam Bukhari.
Khrushchev lantas memerintahkan jajarannya untuk menemukan makam. Pada awalnya, Khrushchev gagal memenuhi permintaan Putra Sang Fajar. Soekarno pun tetap berkomitmen, tak akan berangkat sampai makam Imam Bukhari ditemukan. Khrushchev memerintahkan anak buahnya mengumpulkan informasi dari para pemuka agama Islam di Samarkand.
Dari situ, Khrushchev mampu mengungkap keberadaan makam Imam Bukhari, meskipun kondisinya sangat tidak terawat. Dia lalu memerintahkan pasukannya membersihkan dan memugar makam Imam Bukhari hingga tampak indah. Setelah itu, Soekarno memenuhi janji mengunjungi Moskow dan menyempatkan diri berkunjung ke Samarkand pada 12 Juni 1961.
Editor : Edi Purwanto