BLITAR, iNewsBlitar.id - Hewan ternak seperti sapi dan kerbau rentan terjangkit virus penyakit seperti Lumpy Skin Disease (LSD). Karena itu, masyarakat diminta untuk mengecek kesehatan hewan ternak dan segera melakukan intervensi penanganan jika diduga ada hewan ternak yang terinfeksi.
Lumpy Skin Disease (LSD)merupakan penyakit menular pada hewan, kini penyakit tersebut tengah merebak di Pulau Sumatera. Ini menjadi kasus pertama yang dilaporkan di Indonesia.
Gejala penyakit LSD adalah munculnya nodul berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor, dan ambing. Pada kasus berat, nodul atau benjolan yang muncul ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh hewan ternak.
Munculnya benjolan ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40,5 derajat celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif.
Tanda klinis lainnya yaitu badan ternak lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki.
Menjadi pertanyaan sekarang, apakah aman daging sapi yang terkontaminasi LSD dimakan manusia?
Dokter Hewan drh Aisyah Purnomosari menjelaskan bahwa memakan daging sapi yang terduga LSD tidak masalah, alias tidak menyebabkan masalah kesehatan pada manusia.
"Virus yang ada di daging sapi akan inaktif atau mati pada pemanasan suhu 65 derajat celcius selama 30 menit," kata drh Ais pada MNC Portal, Selasa 8 Maret 2022.
Jadi, dengan pemasakan daging yang tepat dan dengan api panas, dipastikan virus dalam daging sapi yang terkontaminasi LSD akan mati.
Namun, dijelaskan Dokter Hewan drh Laras Weningtyas, daging sapi yang terkontaminasi LSD sangat tak layak dimakan dan karena itu tidak disarankan dikonsumsi masyarakat.
"Makan daging sapi yang terpapar LSD tidak menimbulkan efek samping pada manusia ataupun virus akan masuk ke tubuh manusia. Tapi, sebaiknya tidak konsumsi daging sapi yang sakit, termasuk penyakit LSD ini," saran drh Laras.iNews Blitar
Editor : Edi Purwanto