MALANG, iNews.id - Enam warga Dusun Karangwaru, Kelurahan Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, seolah hidup dalam isolasi. Meski memiliki rumah megah, mereka terpaksa keluar rumah dengan naik tangga untuk melompati tembok setinggi 2 meter dan panjang 20 meter.
Menurut pengakuan warga, tembok ini sudah sepekan lebih terpasang. Tembok tinggi itu memisahkan antara dua perumahan dan perkampungan warga. Tembok dari beton ini membuat enam warga di perkampungan RT 2 dan RT 3 RW 10 Dusun Karangwaru, Kelurahan Candirenggo, tak bisa keluar masuk.
Selain itu interaksi sosial antara warga perumahan dan perkampungan menjadi terganggu. Alhasil warga perumahan pun harus memutar jauh melewati akses pintu perumahan depan, bila harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Demi mempermudah akses mobilitas, warga kampung memasang tangga dibalik tembok yang terpasang di perumahan. Sementara di sisi permukiman, pemilik rumah Subandi (50) memberikan akses ke warga yang keluar masuk ke perumahan, dengan memasang kursi di depan rumahnya.
Subandi merupakan satu dari sejumlah warga yang terdampak akses penutupan jalan. Akibat penutupan jalan ini ia pun tak bisa beraktivitas normal, lantaran sepeda motornya tak bisa keluar. Guna mengakses jalan keluar, Subandi dan warga lain bergotong royong membuatkan jalan alternatif dibalik tembok perkampungan warga, sejak Minggu 23 Januari 2022 kemarin. Warga pun terpaksa menjebol tembok bangunan rumah milik Wandi, demi membuatkan akses jalan kepada Subandi untuk keluar masuk.
Terlihat hanya akses jalan selebar sekitar 50 sentimeter yang dapat dimanfaatkan warga untuk melintas. Itu pun akses jalan hanya dapat dimanfaatkan pejalan kaki, bukan untuk akses sepeda motor. "Aksesnya hanya jalan kaki, sepeda motor nggak bisa keluar. Sebelum tembok ini ada jalan, keluar masuknya ya lewat perumahan itu," ucap Subandi, warga RT 3 RW 10 Dusun Karangwaru. Ia mengakui terkejut bila pagar yang dibuat perumahan begitu tinggi dan tidak diberikan akses. Mengingat sebelumnya pihak perumahan sempat menjanjikan adanya akses jalan dan tak menutup keseluruhan dengan tembok. "Itu tanah memang milik perumahan, alasannya keamanan warga sini rukun - rukun, acara sosial gabungan bareng - bareng. Ya adanya pagar ini sangat kaget," katanya. Menurut Subandi, pasca tembok itu dibangun pihak Kelurahan Candirenggo telah mengusahakan mediasi dan diskusi antara warga dengan pihak developer. Tetapi Subandi menyebut belum ada titik temu dari hasil mediasi. "Sepuluh hari lalu kumpul di kelurahan bahas itu, belum ada hasil. Inginnya dikasih jalan minimal motor, yang penting ada jalannya, meskipun sempit, yang penting keranda mayat atau sepeda motor bisa lewat," katanya. Sementara itu Basuki, warga Perumahan Green Village Singosari mengungkapkan, meski tinggal di perumahan ia merasa sangat terganggu dengan adanya tembok yang terpasang. Apalagi selama ini interaksi antar warga perumahan dan perkampungan, selama ia tinggal lebih dari 10 tahun di perumahan itu. "Tiba-tiba saja ada orang yang mengerjakan tembok itu. Nggak ada komunikasi sebelumnya, ya kalau kita interaksi sosial yang terganggu, biasanya ada kematian itu kan jalannya lewat sini," ucap Basuki sambil menunjukkan jalan setapak yang tertembok. iNews Blitar
Editor : Edi Purwanto