BLITAR, iNews.id - Abu Nawas dikenal sebagai seorang sufi yang menghadirkan cerita lucu nan cerdik. Kendati demikian, Abu Nawas juga dikenal sebagai salah satu Ulama paling berpengaruh didalam peradanan Islam.
Abu Nawas juga memiliki cukup banyak murid yang mencari ilmu padanya. Di antara banyaknya murid Abu Nawas, ada satu orang yang selalu tertarik dengan yang dikatakan pada orang lain yang datang padanya.
Hingga suatu ketika, datanglah tiga orang yang mencari Abu Nawas. Ketiga tamu tersebut datang untuk menanyakan pertanyaan yang sama, namun Abu Nawas memberikan jawaban yang berbeda kepada tamu tersebut. Hal itulah yang membuat murid dari Abu Nawas tadi semakin penasaran.
Orang pertama mulai bertanya, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
“Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil,” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang pertama. “Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan,” ujar Abu Nawas.
Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
“Orang yang tidak mengerjakan keduanya,” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang kedua.
“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan,” jelas Abu Nawas.
Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.
Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
“Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar,” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” tanya orang ketiga.
“Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu,” jawab Abu Nawas.
Orang ketiga menerima alasan Abu Nawas.
Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas. Karena belum mengerti, seorang murid Abu Nawas bertanya. “Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?”
“Manusia dibagi tiga tingkatan," kata Abu Nawas.
"Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” lanjutnya.
“Apakah tingkatan mata itu?” tanya sang murid.
“Anak kecil yang melihat bintang di langit, ia mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata,” jawab Abu Nawas mengandaikan.
“Apakah tingkatan otak itu?” tanya sang murid lagi.
“Orang pandai yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan,” jawab Abu Nawas.
“Lalu apakah tingkatan hati itu?” tanya sang murid.
“Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar.
Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apa pun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah.”
Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda. Dan ini kali Abu Nawas sedang serius sehingga tak tampak kekonyolan dan kelucuannya. iNews Blitar
Editor : Robby Ridwan