JAKARTA, iNews.id - Tengah ramai penerbangan Amerika Serikat dikabarkan terganggu akibat ada jaringan 5G. Untuk penerbangan di Indonesia apakah juga terganggu ?.
Menurut Johnny G Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), penggelaran jaringan 5G di Indonesia tidak mengganggu keselamatan penerbangan udara. Di Indonesia, layanan 5G yang digunakan saat ini beroperasi secara komersial oleh 3 operator seluler, menggunakan 2 pita frekuensi seluler eksisting. Yakni pita frekuensi 1800 MHz dan 2,3 GHz.
Hal ini berbeda dengan di Amerika Serikat, karena konteksnya adalah untuk jaringan 5G yang bekerja pada pita frekuensi 3,7 GHz, tepatnya pada rentang 3,7-3,98 GHz.
”Sistem yang dikhawatirkan terganggu adalah sistem Radio Altimeter yang bekerja pada pita frekuensi 4,2-4,4 GHz,” saat konferensi pers di kantor Kominfo, belum lama ini.
Sistem radio altimeter sendiri merupakan sistem keselamatan utama dan penting dalam pengoperasian pesawat udara guna menentukan ketinggian posisi pesawat udara terbang di atas tanah.
Informasi yang dimanfaatkan dari penggunaan Radio Altimeter penting dalam mendukung operasi penerbangan terkait keselamatan penerbangan (flight safety) dan fungsi navigasi pada semua pesawat udara. Misalnya terrain awareness, aircraft collision avoidance, wind shear detection, flight control, serta fungsi-fungsi lainnya untuk dapat mendaratkan pesawat secara otomatis.
Adapun untuk pita frekuensi baru yang sedang dalam proses farming dan refarming guna memberikan tambahan bandwidth dan variasi use cases layanan 5G sehingga lebih berkualitas dan optimal bagi masyarakat dan pelaku usaha, antara lain low band di pita frekuensi 700 MHz, middle band di pita frekuensi 3,5 GHz dan 2,6 GHz, dan high band di pita frekuensi 26 GHz dan 28 GHz.
”Untuk konteks Indonesia, perlu kami jelaskan bahwa Indonesia tidak ada rencana untuk menggunakan pita frekuensi 3,7 GHz dalam rangka implementasi 5G,” pungkasnya. iNews Blitar
Editor : Robby Ridwan