Benarkah Tahu Kediri yang Tertua di Nusantara?

KEDIRI, iNews.id- Pada ulang tahun yang ke-1123, Kota Kediri menggelar perayaan dengan membuat makanan tahu sebesar 500 kilogram. Tahu berukuran raksasa itu kemudian dibagi-bagikan ke sejumlah lembaga sosial. Museum Rekor Indonesia (Muri) mencatatnya sebagai peristiwa pemecahan rekor.
Foto-foto perayaan milad tersebut masih tersimpan di Museum Muri Semarang. Buku “Dapur Naga di Indonesia, Aneka Resep Hidangan Lezat Paduan Kuliner Tionghoa dan Indonesia” menyebut, makanan tahu konon dibawa dari Tiongkok, namun waktunya belum bisa ditentukan secara tepat.
Dalam artikel “Penyerbuan Tahu yang Tersembunyi” (di buku Dapur Naga di Indonesia) juga menyatakan, orang Kediri mengklaim bahwa Kediri adalah kota pertama di Nusantara yang mengenal tahu.
“Yang dibawa oleh tentara Kubilai Khan pada tahun 1292,” tulis Suryatini N. Ganie dan Myra Sidharta seperti dikutip dari “Dapur Naga di Indonesia, Aneka Resep Hidangan Lezat Paduan Kuliner Tionghoa dan Indonesia” Rabu (19/1/2022).
Cerita soal sejarah tahu di Kediri tidak lepas dari cerita penyerbuan tentara Tartar atau Mongol ke Pulau Jawa. Merujuk Babad Tanah Jawa, konflik berawal dari pemaksaaan Kaisar Mongol Kubilai Khan kepada Raja Singasari Kertanegara (1268-1292) untuk takluk.
Kertanegara yang merupakan penguasa tanah Jawa diminta menyetor upeti, tapi langsung ditolak. Tak hanya menolak, mertua Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit tersebut, terang-terangan menyatakan melawan.
Seperti yang tertulis dari berbagai sumber sejarah. Kertanegara melukai utusan Kubilai Khan yang menemuinya di Kerajaan Singasari. Sebelah telinga utusan yang bernama Meng Khi itu, diirisnya. Pada bagian wajah juga ditandai dengan luka codet.
Kertanegara sengaja membiarkan Meng Khi pulang dalam keadaan hidup agar bisa bercerita, bahwa Raja Jawa tidak gentar menghadapi Kaisar Mongol. Peristiwa yang kemudian menjadi cerita tutur yang melegenda tersebut, berlangsung pada tahun 1289.
Kaisar Kubilai Khan murka. Penguasa tertinggi bangsa Mongol itu mengirim ekspedisi yang terdiri 20.000 tentara untuk meluluh lantakkan Jawa. Puluhan ribu pasukan melayari samudera. Pada tahun 1292, armada pasukan Mongol menjejakkan kaki di tanah Jawa.
Saat tiba, pasukan Mongol yang siap perang itu mendapati Kerajaan Singasari telah runtuh akibat serbuan Raja Jayakatwang, Kediri. Dalam kecamuk perang saudara itu, Raja Kertanegara tewas terbunuh.
Raden Wijaya, menantu Kertanegara yang selamat dari serbuan Jayakatwang, dengan cerdik mengarahkan pasukan Mongol yang mampir di Surabaya, untuk melabrak Kediri.
“Kapal-kapal Mongol dialihkan ke Sungai Brantas menuju Kediri,” tulis Suryatini N. Ganie dan Myra Sidharta.
Pertempuran hebat antara pasukan Mongol dibantu Raden Wijaya dengan pasukan Jayakatwang Kediri, tidak terelakkan. Dalam waktu singkat, Kediri tumbang. Berbagai sumber sejarah juga menyebut, Raden Wijaya bersama pasukannya kemudian berbalik menyerang pasukan Mongol.
Ribuan tentara Tartar tercerai berai, dan konon sebagian besar melarikan diri ke arah utara. Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Mongol dari tanah Jawa.
Sementara sebelum dipukul balik oleh pasukan Raden Wijaya, sebagian besar pasukan Mongol sempat bertahan cukup lama di wilayah yang saat ini sebagai Kota Kediri. Mereka lebih banyak berdiam di atas jung-jung (perahu besar Tiongkok).
Jung-jung tersebut bersandar di sebuah wilayah pinggir Sungai Brantas yang kelak dikenal dengan nama Jung Biru atau Jong Biru. Saat ini Jong Biru merupakan nama Desa di wilayah Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri.
Jong Biru di kawasan Sungai Brantas berbatasan dekat dengan Kelurahan Semampir, Kota Kediri. Seperti yang tertulis dalam “Dapur Naga di Indonesia, Aneka Resep Hidangan Lezat Paduan Kuliner Tionghoa dan Indonesia”, armada Mongol yang tiba di Kediri memiliki jung yang khusus untuk mengurus makanan tentara.
“Termasuk satu yang khusus menyimpan kacang kedelai dan membuat tahu,” tulis Suryatini N. Ganie dan Myra Sidharta. Konon, interaksi sosial antara tentara Mongol dengan pribumi setempat itu, yang membuat makanan tahu kemudian dikenal di masyarakat Kediri. Dalam perjalanannya tahu juga menjadi salah satu ikon andalan Kota Kediri.iNewsblitar
Editor : Solichan Arif