Logo Network
Network

Terungkap Cerita Legenda Srimulat saat Bermarkas di THR Surabaya

Arif
.
Rabu, 25 Januari 2023 | 19:30 WIB
Terungkap Cerita Legenda Srimulat saat Bermarkas di THR Surabaya
Tampak Teguh pimpinan grup lawak Srimulat berfoto di gedung THR Surabaya. (foto/repro/ist)

SURABAYA, iNewsBlitar - Komplek Taman Hiburan Rakyat (THR) dalam waktu dekat akan diubah Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur menjadi kawasan wisata murah.

THR yang awalnya bernama Jaarmarkt dan pada tahun 1958 berubah nama Pekan Raya Surabaya (PRS), dulunya pernah menjadi markas grup lawak legendaris Gema Malam Srimulat atau Srimulat.

Pada 19 Mei 1961 atau 62 tahun silam. Bersamaan dengan launching pergantian nama PRS ke THR, rombongan lawak Srimulat di bawah pimpinan Teguh pertama kalinya bermarkas di kompleks THR Surabaya.

“Jumat 19 Mei 1961. Untuk pertama kalinya rombongan Gema Malam Srimulat mengisi secara tetap di sebuah panggung pertunjukan, yakni di THR Surabaya,” kata Teguh seperti dituliskan Herry Gendut Janarto dalam buku Teguh Srimulat Berpacu dalam Komedi dan Melodi (1990).

Pemilihan THR Surabaya sebagai markas rombongan lawak Srimulat, sepenuhnya datang dari kegelisahan Teguh dan Raden Ayu Srimulat, istrinya yang berasal dari keluarga ningrat keraton Surakarta Hadiningrat.

Teguh Slamet Rahardjo atau Kho Tjien Tiong berfikir, grup lawak yang namanya dinisbatkan dari nama istrinya itu (Srimulat) tidak bisa terus-terusan nomaden. Tidak bisa terus menerus berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya.

“Apa kita akan kelilingan begini terus, Yu (Srimulat),” tanya Teguh kepada Srimulat ketika rombongan Gema Malam Srimulat sedang berkemas hendak meninggalkan Cirebon.

Teguh menilai grup lawak Srimulat akan sulit besar dan mapan kalau terus keliling dan bergantung pada ada tidaknya pasar malam. Bagi Teguh, grup Gema Malam Srimulat harus menetap di suatu tempat dan sekaligus berani menghimpun penggemar.

Di sisi lain ia juga tidak tega melihat kondisi kesehatan istrinya yang mulai sering sakit-sakitan. Sakit karena kelelahan akibat seringnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Srimulat yang berusaha memahami kegelisahan hati dan pikiran suaminya hanya bisa mendesah. Apalagi Teguh juga mengatakan, meski menetap di suatu tempat, Gema Malam Srimulat masih bisa tampil mengisi acara Maleman di Solo atau pasar malam manapun.

“Ya, kita coba,” ucap Srimulat rada bersemangat seperti tertulis dalam buku Teguh Srimulat Berpacu dalam Komedi dan Melodi.     

Dalam benak Teguh, seketika muncul gambaran Kota Surabaya di mana Srimulat pernah mendapat tawaran manggung di THR. Di mata Teguh, Surabaya merupakan kota besar yang ramai dan sibuk.

Baginya, sudah selayaknya Surabaya memiliki panggung hiburan yang bisa dinikmati secara tetap oleh warganya. Memang ada panggung ludruk, gambus, ketoprak, atau wayang orang. Namun semuanya bersifat sementara.

Pada 19 Mei 1961, pertama kalinya grup lawak Srimulat mengisi acara tetap di panggung pertunjukan THR Surabaya. Sebuah depot musik dan lawak telah berdiri di Surabaya. Kehadiran Srimulat bisa diterima warga Surabaya.

Tak berlangsung lama, nama Gema Malam Srimulat diubah menjadi Srimulat Review, di mana musik masih menjadi sajian utama dan lawak sebagai selingannya. Srimulat Review kemudian berubah menjadi Srimulat dengan lawak menjadi sajian utama.

Pada periode awal Srimulat, rombongan lawak digawangi oleh Johny Gudel, Raden Slamet, Edi Geyol, Hasilah, dan Kustini. Kemudian muncul nama Asmuni, Bambang Gentolet, Basuki, Bendot, Betet, Kadir, Tarzan, Tessy, Basuki, Mamiek Prakoso, Nunung, dan sebagainya.

Pada 8 Agustus 1962, yakni jelang persiapan pentas perayaan kemerdekaan 17 Agustus 1962, Gedung THR Surabaya terbakar. Meski tidak ada korban jiwa, insiden kebakaran itu telah meluluh lantakkan sebagian besar kekayaan grup Srimulat. Kekayaan yang diperoleh sebelum menetap di Surabaya.

Dalam perjalanannya grup Srimulat kemudian pecah dengan sebagian personilnya lalu bermarkas di Jakarta. Teguh yang lahir 8 Agustus 1926 di Klaten, Jawa Tengah, meninggal dunia di Solo pada 22 September 1996. Sebelum meninggal, sepeninggal Srimulat yang lebih dulu tutup usia, Teguh sempat menikah dengan Djujuk Djuariah.

Editor : Solichan Arif

Follow Berita iNews Blitar di Google News

Bagikan Artikel Ini