get app
inews
Aa Read Next : Kapan Puasa Syawal Dilakukan? Berikut niat, dan Tata Cara Puasa Syawal, Simak sampai Habis

Kisah Manusia Gerobak, Dipaksa Tabah Hidup di Perkotaan

Selasa, 15 November 2022 | 23:01 WIB
header img
Ulik, manusia gerobak di Mampang Prapatan (foto: MPI/Achmad Al Fiqri)

JAKARTA, iNewsBlitar.id - Fenomena manusia gerobak kian hari kian terlihat semakin banyak di berbagai sudut perkotaan. Mereka identik ddngan gerobak yang dibawa dengan ukuran 2x1 meter sebagai sarana mencari nafkah sebagai pemulung.

Selain masalah kemiskinan, nyatanya keberadaan manusia gerobak juga dipengaruhi permasalahan sosial serta budaya. Berbagai dorongan keinginan dan harapan manusia gerobak untuk dapat bekerja dan mengubah nasib di perkotaan.

Mereka menyadari bagaimana posisi dan kondisi yang mereka hadapi di perkotaan. Rata-rata kehidupan mereka dinarasikan ke dalam kehidupan yang keras dan lebih individualis.

Sebagai alat kerja, gerobak berfungsi sebagai pendukung pekerjaan memulung, tempat menyimpan barang-barang bekas dan alat transportasi. Sebagai rumah, gerobak juga adalah tempat tidur, mengasuh anak dan menyimpan barang-barang serta makanan.

Seperti kisah Ulik (57), pemulung di pinggir Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan. Terlihat di samping gerobaknya, anak Ulik tengah tertidur pulas beralaskan selembar tikar kertas. Meski waktu menunjukan pukul 23.00 WIB, Ulik masih sibuk menata barang rongsokan yang dia pungut di sepanjang jalan.

Tampak raut lelah terpancar dari wajah pria yang berasal dari Banten itu. Satu per satu, barang rongsokan seperti kardus hingga botol plastik dia masukan ke dalam gerobak yang berukuran tak lebih dari dua meteran persegi.

Ulik menekuni pekerjaan memulung selama 20 tahun. Dia tak punya pilihan lain mencari pundi-pundi uang di kampung halamannya, Banten.

"Ya namanya bodoh (nggak bisa bekerja lain)," kata Ulik saat berbincang di pinggir Jalan Mampang Prapatan, Senin (14/11/2022) malam.

Bagaimana Ulik bisa melakoni pekerjaan memulung di Jakarta? Bermula ketika dirinya diajak rekannya di kampung halaman. Tawaran itu tak bisa ditolak lantaran dirinya tak punya pilihan mencari nafkah di Banten.

"Bingung, kalau ke sini kan cuma kakinya saja harus kuat. Kalau di kampung nangis, kerjaan nggak ada. Kerjaannya ngerambat setengah hari dibayar Rp10.000. Mana cukup!" ucap Ulik.

Setelah menjalani aktivitas memulung, dia merasa nyaman lantaran pekerjaan itu tak menuntut macam-macam. "Ya rupanya kerjanya enak, ringan, ya lumayanlah untuk makan anak-anak cukup," ucapnya.

Dalam sehari, Ulik bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp70.000. Uang itu dia gunakan untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Kendati relatif kecil, dia tetap bersyukur akan pendapatannya.

"Cukup nggak cukup ya gimana lagi," kata Ulik.

Ulik kerap membawa buah hatinya memulung. Tujuannya agar ada orang yang iba kepadanya. "Yang penting bawa anak-anak biar dikasih Rp2.000 atau Rp5.000," ucapnya.

Ulik tak punya angan-angan ingin beralih profesi. Meski di hati kecilnya ada keinginan pulang kampung dan melihat anak-anaknya yang lain di sana.

"Nggak ada harapan. Namanya sudah tua. Pengennya jalan-jalan ke Banten, ingin pulang. Anak saya ada kan di sana," katanya.


Icem, manusia gerobak di Cinere, Depok (foto: MPI/Achmad Al Fiqri)

Senada dengan Ulik, Icem (43) juga tak punya pilihan mencari nafkah selain menjadi manusia gerobak. Perempuan asal Karawang, Jawa Barat itu menuturkan profesi memulung dijalani saat dirinya diajak merantau ke Jakarta saat umur 17 tahun.

Dia merasa nyaman setelah menjalani profesi itu selama bertahun-tahun. Bahkan, dirinya tak terbesit untuk beralih profesi.

"Pernah saya kerja cuci pakaian dari pagi-sore dikasih Rp20.000. Saya kaki nggak kuat, turun-naik tangga. Lama-lama saya nggak mau ah kalau dibayar berapa, mending saya nyari barang," kata Icem saat berbincang di pinggir Jalan Cinere Raya, Depok, Jawa Barat, Sabtu (12/11/2022).

Icem rutin memunguti barang rongsokan di sepanjang jalan Cinere Raya, Depok, Jawa Barat. Dalam seminggu, dia bisa mengumpulkan uang sebesar Rp200.000.

"Seminggu bisa dapat Rp200.000, kalau ada barangnya kardus, besi, beling," ucap Icem.

Editor : Robby Ridwan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut